Sabtu, 16 Februari 2013


Perumusan Tujuan Pembelajaran

A. Pendahuluan

I. Latar Belakang

Desain pembelajaran adalah suatu prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan, dan metode-metode manajemen.

Menurut Harjanto (2008) desain pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumber belajar (3) bagaimana evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam proses perancangan atau desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pembelajaran.

Dalam konteks pendidikan, tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya, tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.

Setiap guru perlu memahami dan terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat mencapai tujuan secara  optimal. Keberhasilan pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar.

Tujuan pembelajaran membantu dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas  dibuat suatu rumusan masalah yaitu: “Apakah  Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran?”.

III. Tujuan dan manfaat

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Perumusan Tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran.
Manfaat penulisan makalah ini adalah dapat membuat Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran.

B.  Pembahasan

Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran menurut Hernawan (2005) terbagi atas beberapa tingkatan yaitu:
1.            Tujuan Pembelajaran yang paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional kita menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional yaitu: “Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung  jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (pasal 4)”.
2.            Tujuan institusional, berisi rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelajar setelah mengikuti pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu: “Pendidikan dasar bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II, Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990).
3.            Tujuan Kurikuler adalah rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar
Contoh:  “Pebelajar memiliki pengetahuan tentang lingkungan alam serta keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
4.            Tujuan pembelajaran umum.
5.            Tujuan pembelajaran khusus.

Menurut  Harjanto (2008), perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa perumusan instruksional berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa perubahan tingkah laku dan kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar. Menurut Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis belajar atau taksonomi tujuan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut.
  1. Domain afektif yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
  2. domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima, menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup.
  3. domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ranah tujuan psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks.
Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum  (TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.

Kegunaan TIU dalam proses belajar mengajar menurut Harjanto (2008) adalah:
1.          Memberikan kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
2.          Memberikan kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik.
3.          Memberikan dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pengajaran.
4.          Menentukan petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional.
5.          Petunjuk bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam mengikuti suatu pelajaran.
6.          Peserta didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan.

Masih menurut Gronlund dalam Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan insrtruksional umum  (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti berikut:
1.          Mencakup tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
2.          Tidak terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3.          Selaras dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
4.          Cukup realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada.
5.          Mempunyai indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik.

Adapun contoh tujuan instruksional umum(TIU) menurut Hernawan (2005)  pada pokok bahasan Pesawat Sederhana, mata pelajaran IPA kelas V SD  adalah: “Siswa memahami pengertian dan fungsi pesawat sederhana seerta mampu menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari”. Contoh tujuan instruksional umum (TIU) menurut Agung (2009) pada pokok bahasan Fluida, mata pelajaran Fisika kelas XI SMA adalah: “Siswa akan dapat menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.

Tujuan instruksional yang kedua adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan penjabaran dari TIU. Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu

Menurut Suparman (2004), merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan TIK.

1.          Audience = A Yaitu siswa yang belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6  dan sebagainya.
2.          Behavior = B Yaitu kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat, merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
3.          Condition = C Yaitu keadaan yang dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan  sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus menyediakan data)  atau  “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
4.          Degree = D Yaitu tingkat ukuran yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau  “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).

Menurut Suparman (2004) komponen dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80% benar merupakan komponen degree.

Kriteria dalam merumuskan TIK  berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan  minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua  merupakan komponen degree dan diberikan  merupakan komponen Condition,

Masih menurut Harjanto (2008) lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.

Berikut disajikan contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Heriawan:2005).

Mata Pelajaran                 : Ilmu Sosial
Kelas/semester                : IV/1
Kompetensi dasar           : Memahami cirri-ciri geografis Indonesia
Materi Pokok                     : kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil belajar       :
1.          Menemukan pada peta letak nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia
2.          Mengidentifikasi pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia
3.          Menemukan pada peta letak dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan tanjung di Indonesia.

Kemudian indicator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan tiga indicator di atas, yaitu:
Siswa kelas VI dapat :
1.          Menyebutkan  minimal 5 nama pulau di Indonesia
2.          Menyebutkan 2 samudra di Indonesia
3.          Menujukkan pada peta letak 5 pulau besar
4.          Menunjukkan pada peta laut yang mengelilingi Indonesia
5.          Menunjukkan pada peta samudra yang mengelilingi Indonesia
6.          Meyebutkan  minimal 3 nama sungai-sungai yang ada di propinsi Aceh
7.          Meyebutkan nama sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh
8.          Dan seterusnya.


Berikut disajikan juga contoh merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil belajar (Agung:2009).
Mata Pelajaran                 : Fisika
Kelas/semester                : XI/2
Kompetensi dasar           : Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok                     : Fluida
Indikator pencapaian hasil belajar       :
1.          Memformulasikan hukum dasar fluida static
2.          Menerapkan hukum dasar fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
3.          Memformulasikan hukum dasar fluida dinamik
4.          Menerapkan hukum dasar fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari

Kemudian indikator-indikator dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan program pembelajaran.
Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan empat indicator di atas, yaitu: Jika diberikan hukum-hukum yang   berhubungan dengan fluida statik dan   dinamik serta penerapannya dalam    kehidupan sehari-hari Siswa kelas XI SMA akan dapat :
1.          menyebutkan  minimal 2 hukum dasar Fluida statik
2.          menjelaskan hukum utama hidrostatika dengan benar.
3.          menjelaskan tekanan hidrostatika dengan benar
4.          menjelaskan hukum Pascal dengan benar
5.          memberikan minimal 2 contoh hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6.          menjelaskan hokum Archemedes dengan benar
7.          memberikan minimal 2 contoh hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8.          menjelaskan masalah benda mengapung, melayang dan tenggelam
9.          Dan seterusnya.

C.    Kesimpulan
perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu.

Dalam merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar yang dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.

Tujuan instruksional ini dapat dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).

Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).

Langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya. 

Daftar Pustaka
Agung, Annerlie Putri. 2009. Perangkat pembelajaran Fisika Kelas XI. Baturaja: SMAN 4 OKU
Harjanto. 2008. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta
Hernawan, Asep Herrry. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Morrison, Ross & Kemp. Designing Effective Instruction, 2007, Jonh Wiley & Sons,Inc. USA
Seels, B. B., & Richey, R. C., Instructional Technology: the definition and domains of the field, 1994,
Association for Educational Communications and Technology, Bloomington, IN.
Suparman, M Atwi. 2004. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka

Jumat, 15 Februari 2013


PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI
( Motivasi Belajar Siswa SDN Cakung Barat 16 Pagi )


BAB I
Pendahuluan

         Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.


BAB II
Pembahasan
A.      Teori Motivasi

1.       Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
  
·      Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
·      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
·      Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
·      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
·      Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

2.       Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 

3.       Teori Motivasi Douglas Mcgregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a.       karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b.      karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c.       Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d.      Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a.       karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b.      Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c.       Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d.      Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4.       Teori Motivasi Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
·         Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
·         Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
·         Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

5.       Achievement Theoryteori Achievement Mc Clelland (1961),
yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
·         Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
·         Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
·         Need for Power (dorongan untuk mengatur)
6.       Clayton Alderfer Erg
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.  

Adapun mengenai masalah teori-teori Motivasi Belajar, menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Mengatakan bahwa teori-teori dalam memotivasikan siswa untuk belajar ada 5 teori, yaitu sebagai berikut :

  1. Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.

Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua akan cendrung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Misalnya siswa disuatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa ini harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

  1. Teori Naluri
Manusia telah mempunyai tiga nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri, yaitu :
Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.
Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimiliki ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalnya, (naluri mempertahankan diri) seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh dikelasnya. (naluri mengembangkan diri), agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak yang nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya. (naluri mengembangkan/mempertahankan jenis), seorang mahasiswa sangat tekun dan rajin belajar meskipun sebenarnya ia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal ini disebabkan karena dia ingin menjadi pandai dan ia ingin meningkatkan karier pekerjaannya sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya.

  1. Teori Reaksi yang Dipelajari (teori lingkungan kebudayaan)
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingka laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya, pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang akan di didiknya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui  pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi masalah.

  1. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari (teori lingkungan kebudayaan). Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
Menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapi sama.

  1. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seseorang pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Berikut kami tampilkan teori Abraham Maslow, dia adalah seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan itu adalah sebagai berikut :
Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dll.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan acaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dll.
Kebutuhan Sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, dll.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dll.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.


B.      Instrumen Motivasi Belajar
Dalam mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa, maka dibutuhkan  Instrumen motivasi belajar. Dalam pembuatan instrumen motivasi belajar ini memandang dua aspek motivasi, yakni aspek internal dan eksternal yaitu faktor pendorong dari dalam dan dari luar individu yang sedang belajar untuk berprestasi dalam belajar,dengan indikator sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Sebagai bahan pengumpulan data maka instrumen ini diwujudkan dalam bentuk angket yang diisi oleh siswa, dengan alternatif jawaban: ( SS ) = sangat setuju, ( S ) = setuju, ( KS ) = kurang setuju, ( TS ) = tidak setuju, ( STS ) = sangat tidak setuju. Perhitungan skor pada penyataan yang positif diberi skor 5,4,3,2,1, dan perhitungan skor pada penyataan yang negatif diberi skor 1,2,3,4,5.

KISI KISI INSTRUMEN
No
Aspek
Indikator
Butir Soal
Jumlah Butir
1
Motivasi Internal
1.       Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil
1, 4,
2
2.       Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
2, 3, 11, 12,
4
3.       Adanya harapan dan cita-cita masa depan
7
1
2
Motivasi eksternal
4.       Adanya penghargaan dalam belajar
6, 8, 13, 15,
4
5.       Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
4, 10,
2
6.       Adanya lingkungan belajar yang kondusif
5, 14,
2



INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR  SISWA

 A.  Informasi Pribadi :
     1. Nama              : …………………………………..
     2. Kelas                : …………………………………..
     3. Jenis Kelamin : …………………………………..
     4. Sekolah            :  ..................................
B.  Petunjuk
    1. Angket ini diedarkan untuk mendapat keterangan tentang motivasi belajar siswa

    2. Mohon diisi dengan sejujurnya.
    3. Berikan tanda checklist ( V ) pada jawaban yang menurut kalian sesuai.


C. Butir-Butir Pertanyaan


NO
Instrumen
SS
S
KS
TS
STS

1
Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapat nilai yang bagus






2
Saya mengerjakan sendiri tugas yang diberikan guru






3
Saya selalu mempelajari lagi materi yang telah diberikan guru sepulang sekolah






4
Mengerjakan soal soal latihan adalah kegiatan yang saya gemari






5
Apabila ada yang belum saya pahami, saya langsung bertanya pada guru






6
Penghargaan atas prestasi saya, mendorong saya belajar lebih giat






7
Saya belajar giat akan tercapai cita-cita yang saya inginkan






8
Saya selalu memperhatikan dengan seksama saat guru menjelaskan materi






9
Dalam hal belajar, saya berkompeti dan berusaha melebihi teman-teman






10
Adanya tanya jawab di kelas membuat saya lebih bersemangat mengikuti pelajaran






11
Saya terdorong untuk megerjakan soal-soal latihan sampai bisa






12
Saya mengerjakan latihan tanpa disuruh guru.






13
Jika nilai ujian saya bagus, membuat saya terpacu untuk mendapat nilai yang lebih bagus lagi






14
Bercanda atau mengobrol dengan teman saat guru menjelaskan mengganggu saya dalam memahami apa yang disampaikan guru






15
Guru yang mengajar saya memberi motivasi saya untuk giat belajar







Ket

SS
:  Sangat Setuju

S
:  Setuju

KS
:  Kurang Setuju

TS
:  Tidak Setuju

STS
:  Sangat Tidak Setuju




C. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui penelitian , data penelitian berupa motivasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil angket motivasi belajar siswa.
Untuk perhitungan rata-rata, validitas dan reliabilitas digunakan komputer dengan program “SPSS versi 17.0 ” . dengan cara memasukan semua variable pada jendela data editor, lalu untuk menguji data dilakukan prosedur seperti dibawah ini pada posisi data view ;
·           Analyse  > submenu Scale  >  reliability Analysis
·           Pindahkan semua butir pertanyaan yang akan dianalisis ke kolom items
·           Pada bagian Model  pilih Alpha
·           Pada bagian Statistics pilih Item, Scale, Scale IF Item deleted  >  Continue.
·           Klik  OK.

Dari hasil analisis data tersebut dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha, butir-butir pertanyaan sudah reliable jika  lebih besar dari nilai standarnya yaitu sebesar 0,8. Pada  kolom N of Items adalah jumlah butir pertanyaan .Sedangkan nilai rata-rata dapat dilihat pada kolom Mean, 
Untuk validitas, menggunakan angka-angka yang terletak pada kolom “ Corrected items Total Correlation”. nilai koefisien korelasi semua butir pertanyaan, harus lebih besar dari  0,240  dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan pada kuesioner tersebut sudah valid, namun jika ada yang nilainya dibawah 0,240  maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Jika butir pertanyaan yang tidak  tersebut  dihilangkan maka nilai Cronbach’s Alpha menjadi naik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian tersebut sudah valid dan reliable.


BAB  III
Penutup
Kesimpulan
 Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut, Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Dalam mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa, maka dibutuhkan  Instrumen motivasi belajar. Dalam pembuatan instrumen motivasi belajar ini memandang dua aspek motivasi, yakni aspek internal dan eksternal. Untuk perhitungan rata-rata, validitas dan reliabilitas dari data instrumen penelitian digunakan komputer dengan program “SPSS versi 17.0 ” .
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat. Dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih.