Pendahuluan
Hadirnya
berbagai metode pendidikan dan literasi dewasa ini telah membuka mata  banyak 
pihak  penyelenggara  pendidikan. 
Berbagai  inovasi  baru 
di  bidang  pendidikan 
dan  pengajaran telah sedemikian
dinamis sesuai tuntutan zaman. Sehingga, kehadirannya turut  mendukung berbagai metode yang telah sering
digunakan sebelumnya.  Di  lain 
pihak,  banyak  juga 
penyelenggara  pendidikan  yang 
masih  menggunakan  metode‐metode  lama 
sambil  menyesuaikan  dengan 
laju  perkembangan  pendekatan 
dan  metode  pengajaran 
kepada  peserta  didik. 
Peran  sekolah  sebagai 
institusi  penyelenggara  pendidikan 
pun  semakin  dituntut 
guna  menciptakan  suatu 
penyesuaian  antara  metode 
belajar dengan tuntutan pendidikan. Penyesuaian tersebut bergerak ke
arah pembentukan  karakter manusia
pembelajar seumur hidup (long‐life
learning).  
Munculnya
sekolah‐sekolah dengan
kurikulum gabungan dari kurikulum Depdiknas 
dan  kurikulum  Internasional 
seperti  Cambridge  GCSE, 
A‐Level,  O‐Level,  dan 
CIPAT.  Lalu,  IB 
(International 
Baccalaureate)  dengan  IB‐PYP  dan 
IBMYP‐DP  telah 
menciptakan  suatu  cara 
pengajaran  yang  baru 
kepada  peserta  didik 
terutama  dengan  penekanan 
pada  proses  pembelajaran life skill, baik yang bisa
dipelajari di dalam kelas maupun di luar kelas. 
Penekanan  pembelajaran  yang 
bertujuan  untuk  melatih 
life  skill  peserta 
didik  bisa  melibatkan 
berbagai  media.  Satu 
media  yang  dapat 
digunakan  adalah  pembelajaran 
yang  menggunakan  alam 
sebagai  media.  Alam 
telah  mengajarkan  banyak 
hal  kepada  manusia 
maka  dari  itu 
tidak  salah  apabila 
alam  dijadikan  media 
belajar.  Alam  dengan 
segenap  khazanahnya mampu menjadi
sumber belajar terutama bagi pembentukan karakter peserta  didik.   
Dasar
Penciptaan Alam Semesta  
Dunia ini tidak
diciptakan dengan kesia‐siaan
sehingga apapun yang ada didalamnya 
terdapat  banyak  hal 
yang  mampu  jadi 
sumber  pembelajaran.  Alam 
ini  merupakan  suatu  anugerah yang didalamnya terdapat tanda‐tanda kebesaran Allah SWT. 
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan  siang,  terdapat 
tanda‐tanda  bagi 
orang  yang  berakal. 
(Yaitu)  orang‐orang  yang  mengingat 
Allah  sambil  berdiri 
atau  duduk  atau 
dalam  keadaan  berbaring 
dan  mereka  memikirkan 
tentang  penciptaan  langit 
dan  bumi  (seraya 
berkata):  “Ya  Tuhan 
kami,  tiadalah  Engkau 
menciptakan  ini  dengan 
sia‐sia.  Maha 
Suci  Engkau,  maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. Ali Imran, 3:190‐191)    
Sebagaimana  telah 
dijelaskan  di  dalam 
Al‐Qur’an  bahwa 
di  alam  raya 
ini  terdapat  sesuatu 
untuk  dipelajari  dan 
dipikirkan.  Allah  SWT 
telah  menciptakan  dunia 
ini  dengan  sempurna sebagai rahmat yang diturunkan‐Nya kepada manusia.  “Dan Dia
menundukkan untukmu, apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi  semuanya 
(sebagai  rahmat)  daripada‐Nya.  Sesungguhnya 
pada  yang  itu 
benar‐ benar  terdapat 
tanda‐tanda  (kekuasaan 
Allah)  bagi  kaum 
yang  berpikir.”  (QS 
Al  Jatsiyah, 45: 13)    Manusia 
telah  diberikan  kelebihan 
oleh  Allah  SWT 
sebagai  makhluk  hidup 
yang  sempurna  dengan 
akalnya.  Manusia  memiliki 
akal  untuk  memikirkan 
apa  yang  telah 
dititipkan  kepadanya  dari 
Sang  Pencipta.  Manusia 
harus  menyadari  untuk 
menjalankan  perannya sebagai
makhluk Allah dan menggunakan akal serta pikirannya untuk menjadikan  kehidupannya lebih bermakna.          
Ilmu  Sudah 
sepantasnya  manusia  untuk 
memikirkan  dan  mempelajari 
apa  yang  telah 
diwasiatkan  oleh  Al‐Qur’an.  Manusia 
sebagai  makhluk  hidup 
yang  diberi  akal 
oleh  penciptanya harus
menggunakan akalnya itu untuk berpikir. Ilmu hadir sebagai bentuk hasil  pikiran 
manusia.  Ilmu  tidak  akan  pernah 
berhenti  pada  satu 
titik  karena  ia 
tidak  pernah  abadi. Ilmu ibarat organisme yang selalu
berkembang dan menjadi penanda zaman. 
“Menuntut  ilmu  itu 
kewajiban  bagi  setiap 
orang  Islam  baik 
bagi  laki‐laki  maupun  perempuan. (HR. Ibnu Abdil Baar)  “Tuntutlah ilmu (ilmu pengetahuan dan segala
ilmu‐ilmu yang
bermanfaat lainnya)  dari mulai (sejak)
buaian (Ayah dan Ibu) sampai masuk ke liang lahat. (Al‐Hadits)    
Ilmu  adalah 
sesuatu  yang  wajib 
dimiliki  dan  dikuasai 
oleh  seorang  Muslim. 
Menuntut ilmu hukumnya adalah wajib. Ilmu menjadi dasar dari semua yang
kita lakukan.  Tanpa  ilmu 
ibadah  pun  tidak 
akan  ada  artinya 
dan  hilang  esensinya. 
Barangsiapa  yang  mempelajari 
suatu  ilmu  dengan 
ikhlas  maka  telah 
dijanjikan  kepadanya  kedudukan 
atau  kekayaan di dunia.   “Katakanlah, Apakah dapat disamakan orang
yang mengetahui dengan orang yang  tidak
mengetahui.” (QS. At‐Taubah,
9:122)    
Ilmu  akan 
meninggikan  derajat  seseorang. 
Dengan  menguasai  suatu 
ilmu  tertentu  seseorang 
akan  mempunyai  kekuatan. 
Ilmu  menjadi  satu 
kekuatan  yang  akan 
mendasari  setiap  elemen 
kehidupan  sebagaimana  Al‐Qur’an  yang 
telah  menjadi  dasar 
bagi  peletakan  hukum‐hukum
Islam pada zaman Nabi dan Rasul.      
“Allah  akan 
meninggikan  orang‐orang  yang  berilmu 
di  antara  kamu 
dan  orang‐ orang  yang  diberi 
ilmu  pengetahuan  beberapa 
derajat.  Dan  Allah 
SWT  Maha  Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al
Mujadillah, 58: 11)    
Ilmu  juga 
adalah  bagian  dari 
amalan.  Ilmu  merupakan 
amalan  yang  tidak 
pernah  terputus.  Ilmu 
akan  tetap  mendatangkan 
faedah  dan  kebaikan 
bagi  mereka  yang 
memiliki  dan mau memanfaatkan
ilmunya untuk kepentingan sesama.  “Jika
mati seorang anak  Adam (manusia)
maka  terputuslah  segala amal 
usahanya  kecuali tiga hal yaitu
ilmu pengetahuan yang bermanfaat, sedekah jariah, dan anak  yang saleh yang selalu mendo’akan kepada
orangtuanya.” (HR. Muslim)    
Aplikasi
Pembelajaran Ilmu di Alam  
Penyusunan  berbagai  komponen 
pendidikan  dalam  mendukung 
kegiatan  belajar  adalah upaya untuk mempersiapkan peserta
didik bagi peranannya di masa datang. Hal ini 
berkaitan dengan beberapa pertanyaan berikut:  
1.     
Apa atau siapa
seseorang itu?  
2.     
Dapatkah
seseorang itu diarahkan?  
3.     
Ke arah mana
seseorang itu dipersiapkan?  
4.     
Bagaimana cara
pengarahan yang baik bagi seseorang?    
Dengan  memperhatikan 
kepada  pertanyaan‐pertanyaan  diatas,  maka 
kecenderungan arah pendidikan mengarah kepada hasil pendidikan berupa
kecerdasan yang  dimiliki  setiap 
peserta  didik.  Kecerdasan 
akan  menuntun  mereka 
menjadi  pribadi  atau 
individu yang sukses.
Kecerdasan  bukan 
saja  dilihat  dari 
kemampuan  anak  untuk 
bisa  berhitung,  membaca dan menulis, meraih nilai yang bagus,
dan memiliki IQ (Intelligence Qoutient) yang 
tinggi.  Munculnya  pemikiran 
lain  tentang  hubungan 
antara  kecerdasan  yang 
dikemukakan  oleh  Daniel 
Goleman,  yaitu  EQ 
atau  yang  biasa 
disebut  Emotional  Quotient 
dimana  diungkapkan bahwa
kesuksesan merupakan perpaduan dari 80% EQ dan 20% IQ.   Karena 
EQ  merupakan  faktor 
yang  mendorong  tercapainya 
kesuksesan,  secara  praktis 
kecenderungan  pendidikan  dilaksanakan 
untuk  mengarahkan  anak 
agar  berani  menghadapi tantangan serta tidak takut gagal
dan mau mencoba lagi (trial and error). Hal 
ini sesuai dengan tujuan dari pembangunan karakter dari peserta
didik.  Belajar di alam terbuka adalah
satu metode alternatif guna menyampaikan materi‐
materi  yang  tidak 
dapat  disampaikan  di 
dalam  kelas.  Ada 
beberapa  komponen  yang 
diperlukan  dalam  mempelajari 
ilmu  di  alam. 
Satu  yang  paling 
penting  adalah  motivasi. 
Motivasi  belajar  bertujuan 
untuk  memantapkan  pengetahuan 
tentang  ilmu  yang 
dipelajari  dan  menguasai 
berbagai  kemampuan  yang 
dibutuhkan  untuk  mengaplikasikannya  dalam 
kehidupan  sehari‐hari.  Dengan  kata 
lain,  peserta  didik 
tidak  hanya  termotivasi 
untuk  menguasai  dasar 
teorinya  saja  tetapi 
juga  aplikasi  dan 
manfaat‐manfaat  ilmu 
yang  telah  dipelajarinya untuk kehidupannya kelak.  Motivasi 
belajar  dapat  diperoleh 
dari  contoh‐contoh  yang  mereka 
dapat  selama  proses pembelajaran. 
Peserta didik
cenderung lebih mudah untuk melakukan sesuatu tanpa  harus 
merasa  terpaksa  bila 
memang  ada  figur 
atau  sosok  yang 
dianggap  istimewa  bagi 
mereka.  Belajar  dengan 
menggunakan  alam  sebagai 
media  akan  menumbuhkan 
potensi‐ potensi dan
bakat yang terpendam yang merupakan suatu kekhususan yang terdapat dalam  setiap individu peserta didik. Pendekatan
proses belajar yang menggunakan direct line atau  hubungan 
interaksi  langsung  antara 
pendidik  dengan  peserta 
didik  menimbulkan  suatu 
korelasi yang positif dalam pembentukan karakter seseorang.  
Metode‐metode  yang  digunakan 
dapat  berupa  teamwork 
(kerjasama)  maupun  individual 
task.  Teamwork  digunakan 
untuk  menumbuhkan  perasaan 
memiliki, kekeluargaan, 
melatih  jiwa  kepemimpinan, 
dan  memupuk  rasa 
solidaritas  serta  kebersamaan 
dalam  mencapai  tujuan 
bersama.  Sedangkan,  individual 
task  berguna  untuk 
menumbuhkan jiwa pemberani, memupuk rasa percaya diri, berani mencoba,
dan pantang  menyerah.  
Hubungan  antara 
alam  dengan  ilmu 
terjalin  dengan  erat. 
Alam  adalah  semacam 
wahana  ekspresi  yang 
bisa  juga  dijadikan 
sebagai  sarana  belajar. 
Pembentukan  karakter  individu 
peserta  didik  haruslah 
selaras  dengan  ilmu 
yang  diperolehnya  di 
dalam  kelas  maupun dengan ilmu‐ilmu lainnya tentang life skill yang bisa diperoleh dan dipelajari
di alam  bebas.   Pendidikan yang sifatnya hanya di dalam
kelas saja tidak akan berhasil mengenalkan 
peserta didik pada hidden curriculum yang bersifat untuk membentuk
karakter itu sendiri.  
Pendidikan
karakter itu dapat diterjemahkan dalam berbagai cara seperti berikut:  
1.     
Manfaat.  Selalu 
menunjukkan  manfaat  pengetahuan 
yang  akan  diajarkan 
bagi  peserta didik.  
2.     
Kontekstual.
Mengaitkan pengetahuan yang diajarkan dengan lingkungan nyata  atau keseharian anak.  
3.     
Konstruktif.  Peserta 
didik  mengkonstruksi  sendiri 
pengetahuan  yang  dibutuhkannya. Artinya, bukan mengajar dengan
metode banking (menjejalkan  pengetahuan)
tetapi menjadi fasilitator.  
4.     
Multiple
Intelligent. Penerapan paradigma bahwa semua peserta didik memiliki  kelebihan 
dan  kecerdasan  unik 
yang  perlu  digali 
dengan  cara  khusus. 
Dengan  kata lain setiap anak
juara atau bintang kelas.  
5.     
Demokratis.  Peserta 
didik  merasa  bebas 
untuk  bertanya,  menyanggah, 
mengeksplorasi dan berdebat.  
6.     
Fun.  Suasana 
belajar  ceria.  Bisa 
diiringi/  diselingi  musik, 
bernyanyi  bersama,  game , cerita humor / teladan beserta
hikmahnya.     
7.     
Meningkatkan  keyakinan 
dan  harga  diri 
peserta  didik.  Dengan 
kata‐kata  bijak, 
memberi nilai, penghargaan dan 
kata‐kata yang
membangkitkan percaya diri.  
8.     
Belajar  yang 
nyaman,  terang,  bersih, 
beraroma  menyenangkan,  posisi 
duduk  yang berpindah‐pindah.  
9.     
Memfasilitasi  model 
belajar  peserta  didik   
yang  auditori,  visual 
dan  kinestetik.  Atau gaya belajar abstrak dan konkret.   
10.  Melibatkan gerakan‐gerakan
fisik agar peserta didik aktif tidak duduk diam saja  agar potensinya tidak terpendam.    
Bila  semua 
poin‐poin  tersebut 
sudah  bisa  dipenuhi 
maka  selanjutnya  adalah 
mengevaluasi  hasilnya.  Perubahan 
karakter  peserta  didik 
dapat  terlihat  dari 
beberapa  kriteria seperti:  
1.     
Fisik yang kuat
dan tidak lemah  
2.     
Berakhlaq
mulia  
3.     
Cerdik
cendekia  
4.     
Mandiri  
5.     
Beraqidah
lurus  
6.     
Senantiasa
beribadah dengan benar  
7.     
Bersungguh‐sungguh dalam setiap urusannya 
8.     
Pandai mengatur
waktu  
9.     
Bermanfaat bagi
orang lain    
Penutup  
Pendidikan  adalah 
suatu  cara  untuk 
mengubah  taraf  hidup 
masyarakat.  Melalui  pendidikan, 
kita  telah  dididik 
untuk  menguasai  ilmu 
dan  mengaplikasikannya  dalam  kehidupan  sehari‐hari.  Metode 
pembelajaran  adalah  alat 
yang  digunakan  untuk 
mencapai  tujuan‐tujuan  dari  proses 
pendidikan  itu  sendiri. 
Melalui  metode  pembelajaran 
yang  tidak  hanya 
terpusat  di  dalam 
kelas  diharapkan  peserta 
didik  mampu  mempelajari 
ilmu‐ilmu  pengetahuan lainnya yang akan berguna karena
tidak hanya mengandalkan konsep teoritis 
belaka tetapi juga gabungan antara konsep dan teori dengan konteks
pembelajaran.  Pendidikan  di 
alam  terbuka  tentu 
memiliki  karakteristik  yang 
berbeda  dengan  proses pendidikan di dalam kelas. Pendidikan
yang bersifat alamiah menuntun peserta didik 
untuk  tidak  sekedar 
hanya  mendapatkan  ilmu 
saja  tetapi  juga 
mampu  untuk  menerapkannya dalam rangka bersosialisasi
dengan lingkungannya. Pembentukan karakter 
melalui  proses  pembelajaran 
di  alam  akan 
lebih  bermanfaat  karena 
peserta  didik  akan 
terlibat langsung dengan hal‐hal
yang lebih nyata.     Sudah  saatnya 
para  pendidik  menggunakan 
berbagai  metode  alternatif 
demi  mencapai tujuan‐tujuan dari pendidikan sesuai dengan visi dan misi institusinya.
Pencapaian  semua  tujuan 
itu  tentu  sejalan 
dan  sesuai  dengan 
tujuan  pendidikan  nasional 
untuk  membangun manusia Indonesia
seutuhnya.
DAFTAR
PUSTAKA  
Association  for 
Supervision  and  Curriculum 
Development  Singapore.  1991. 
ASCD  Review:  Motivation. 
Singapore: ASCD  
Faridl,
Miftah. 2000. Etika Islam: Nasihat Islam untuk Anda. Bandung: Penerbit
Pustaka  
Gymnastiar,  Abdullah. 
2004.  Aku  Bisa!: 
Manajemen  Qolbu  untuk 
Melejitkan  Potensi.  Bandung: MQ Publishing  
Intisari
Makalah Pekan Kerohanian Remaja II 1998 (PAKAR II). Masjid Raya
Habiburahman.    
Tidak ada komentar:
Posting Komentar