IMPLIKASI DEFINISI TEKNOLOGI
PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab pertama telah dipersoalkan perlunya definisi baru tentang
Teknologi Pembelajaran (TP) yang dapat mencerminkan pertumbuhan dan keragaman
dalam kawasan Teknologi Pembelajarn, serta diharapkan dapat menjadi pencetus
kreativitas dan perubahan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ely
(1983) bahwa ”definisi tidak membangun kawasan, tetapi membantu menjelaskan
fungsi, tujuan dan peranan apa dan siapa saja yang ada di dalam dan di
luarnya”(hal.2). Usaha pendefinisian ini juga mengandung tujuan lebih jauh
untuk merangsang perkembangan kesatuan masyarakat ilmuwan dan praktisi yang
sangat berbeda dalam filsafat, tugas (job), dan lingkungan kerjanya. Bab ini
secara khusus membahas peranan dan implikasi definisi dalam kawasan yang
berubah secara pesat.
BAB II
A. DEFINISI DAN PERANANNYA DALAM PERTUMBUHAN KAWASAN
Perkembangan Bidang Studi Tersendiri
Dalam dokumen ini terkandung pengertian bahwa Teknologi Pembelajaran
merupakan suatu bidang studi tersendiri, suatu cabang pengetahuan yang
terpisah. Meskipun telah berfungsi sebagai suatu bidang studi selama
bertahun-tahun, bahkan telah merupakan suatu profesi, namun kemantapan status
keberadaannya termasuk relatif baru bagi masyarakat luas. Mantapnya status ini
dapat ditunjukkan dengan kepedulian profesional dan kejelasan lingkup teoritik.
Definisi Teknologi Pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh dimensi
kematangan, karena bersamaan dengan itu definisi ini memungkinkan tumbuhnya
bidang studi itu sendiri lebih lanjut.
Menurut pendapat
Finn (1953) karakteristik suatu profesi meliputi :
• Sekumpulan teori dan penelitian
• Teknik intellektual
• Aplikasi yang bersifat praktis
• Persyaratan latihan dan
sertifikasi yang memadai
• Etika yang ditegakkan
• Asosiasi dan komunikasi di
antara anggota
Selama bertahun-tahun, di bidang Teknologi Pembelajaran telah memenuhi
semua kriteria ini. Proses perkembangannya telah menghasilkan sekumpulan teori
tersendiri, dan prinsip-prinsip yang dihasilkannya telah diterapkan dalam
berbagai keadaan.
Berkembangnya penerapan Teknologi Instruksional telah diakui secara
meluas. Sedemikian jauh perkembangan ini telah sejajar dengan perkembangan
teknologi itu sendiri. Meskipun demikian masih merupakan isu yang diperdebatkan
apakah perkembangan bidang itu telah menghasilkan sejumlah teori dalam lingkup
parameter sendiri, ataukah telah memecahkan masalah sendiri, atau dikembangkan
oleh ilmuwan dalam lingkungan sendiri. Semua ini merupakan inti diskusi
mengenai kematangan disiplin keilmuwan TP. Kebanyakan diantara kita berpendapat
bahwa kawasan desain merupakan kawasan yang paling matang dibandingkan dengan
kawasan lain, karena sebagian besar teori yang terbentuk dalam penelitian yang
dilakukan ada dalam kawasan ini. Meskipun akar intellektual dari desain ini
berasal dari teori bidang disiplin lain, namun desain pembelajaran telah
mengalami kemajuan dengan menghasilkan sejumlah penelitian dan teori tersendiri
yang bersifat unik. Kita perlu menggantikan sejumlah pengetahuan dari disiplin
lain yang kita gunakan dengan pengetahuan yang kita kembangkan sendiri dalam
kelima kawasan TP. Hal ini merupakan arah dan tujuan perkembangan intellektual
dalam bidang studi yang bersangkutan.
B. EVALUASI DEFINISI
Definisi tahun 1994 dan tahun 1977 sama-sama menekankan bahwa Teknologi
Pembelajaran merupakan proses desain dan pengembangan yang komprehensif dan
digunakan untuk memcahkan masalah pembelajaran dan belajar. Dalam kedua
definisi tersebut Teknologi Pembelajaran dipandang sebagai bidang studi yang
berorientasi sistematis. Namun terdapat pertanyaan pula bahwa TP dipandang
sebagai ”suatu mengenai belajar” sebagaimana dikemukakan oleh Armsey dan Dahl
(1973), meskipun hal ini tidak dipersoalkan lagi dalam karya di bidang studi.
Definisi tahun 1994 sekarang ini konsisten dengan teori dan praktik dalam
bidang studi, meskipun pendapat umum atau mereka yang tidak berpendidikan dalam
TP menganggap bahwa sebagai profesi bidang ini mempunyai orientasi perangkat
keras.
Isu yang lebih penting ialah tentang perlunya diperoleh kesepakatan di
antara para ilmuwan dan prakstisi di bidang studi mengenai persoalan yang
berkaitan dengan ruang lingkup Teknologi Pe,belajaran dan membedakannya dari
bidang studi lain. Tugas ini penting artinya bagi sebuah definisi, karena pada
hakekatnya terikat pada permasalahan yang menjadi perhatiannya. Dalam suatu
disiplin yang telah matang, terdapat kesepakatan mengenai masalah yang
berhubungan dengan lingkup kajian dan praktiknya, termasuk masalah baru yang
akan muncul seiring dengan perubahan masyarakat. Keputusan seperti itu tidaklah
sulit jika batasan konseptual bidang studi yang bersangkutan itu jelas.
Demikian juga tidak akan ada kesulitan bilamana definisi bidang studi untuk
dapat diterima dan dipahami secara luas. Batasan konseptual Teknologi
Pembelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan struktur yang disarankan oleh
kelima kawasan bidang studi., sebab kelimanya mencerminkan wilayah praktek dan
spesialisasi yang utama. Validitas definisi dan keunikan bidang studi,
selanjutnya tergantung pada kejelasan dan kelengkapan kawasannya.
Pertumbuhan definisi Teknologi Pembelajaran juga sejajar dengan perubahan
pendangan mengenai kawasan bidang studi. Misalnya, kawasan pengembangan
pembelajaran yang dirumuskan dalam definisi tahun 1977, telah tumbuh menjadi
tiga kawasan terpisah dalam definisi tahun 1994, yaitu: desain, pengembangan dan penilaian.
Pertumbuhan ini terjadi karena meningkatnya kegiatan dan proses yang
berlangsung dalam teori dan praktik.
Perubahan definisi ini lebih bersifat evolusi dari pada revolusi.
Perubahan secara bertahap mencerminkan unsur stabilitas dan adanya persamaan
pengertian diantara para teknolog pembelajaran. Secara fundamental, stabilitas
ini mencerminkan komitmen bidang studi terhadap penggunaan model desain sistem
pembelajaran sebagai orientasi utama dalam menciptakan dan mengelola lingkungan
belajar. Kecuali itu telah ada kesepakatan bersama tentang pentingnya mediasi
dan visualisasi dalam proses pembelajaran. Kesamaan pengertian ini mengingatkan
pada deskripsi Kuhn tentang paradigma sebagai komitmen masyarakat ilmuwan
terhadap kerangka konseptual implisist , tersirat dan meresap ”(Shulman,
1986:4). Selanjutnya Kuhn (1962) menyatakan bahwa penggunaan paradigma yang
dominan dalam sebuah bidang studi merupakan karakteristik sebuah kematangan
disiplin yang bersangkutan.
Disamping adanya kesepakatan mengenai landasan tersebut, terdapat
pertumbuhan sejumlah perspektif dan pendekatan alternatif. Hal ini telah
dibahas dalam Bab III. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah : ”apakah
penjelasan dan perspektif alternatif mengenai proses belajar mengajar itu
memperkaya atau justru memecah bidang studi? Apakah kerangka definisi dan
kawasannya telah mencakup posisi alternatif teoritis?”
Sementara sebuah definisi disiplin ilmu mencerminkan pertumbuhan bidang
studi, bisa juga dikatakan bahwa definisi yang belum matang (prematur) dapat
mempersempit bidang studi secara intellektual , sehingga menghambat
pertumbuhan. Sebagai contoh definisi dan kawasan TP sebagaimana disajikan
disini mencerminkan elemen-elemen sebuah pendekatan sistem dalam pendidikan.
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa posisi ini berdampak membatasi bidang
studi dan menghalangi pemecahan masalah secara kreatif. Hal itu selanjutkan
akan dapat menghambat pembentukan perspektif alternatif baru. Oleh karena itu
definisi yang dikehendaki adalah definisi yang menjelaskan wilayah atau batasan
(kapling) bidang studi TP, tetapi tidak menghambat pemikiran anggotanya.
Diharapkan definisi 1994 juga berfungi demikian.
C. DEFINISI DAN PERANANNYA DALAM KOMUNIKASI
1. Elemen Yang Meningkatkan Komunikasi
Shulman (1986:4), menyimpulkan bahwa ”kemampuan untuk berkomunikasi
merupakan penentu utama keanggotaan bermasyarakat”. Kemampuan berkomunikasi
merupakan pertumbuhan dari :
• Kesamaan latihan dan budaya
• Kesamaan nilai dan tujuan konseptual, dan
• Kesamaan pengalaman
Kesemuanya ini
merupakan prasyarat keanggotaan dalam masyarakat profesional.
Latihan formal meningkatkan keterlibatan dalam profesi dan komunikasi
dengan pihak lain karena memberikan dasar pustaka serta prinsip dan praktek
dalam bidang studi dan juga menunjukkan penerapan terbaik dalam pekerjaan.
Selanjutnya, latihan juga memberikan pengertian tentang sejarah, seperangkat
kesamaan definisi dan kesempatan mengikuti perdebatan dan kontroversi mengenai
bidang studi. Latihan formal juga cenderung menciptakan kesepakatan mengenai
masalah dan paradigma disiplin ilmu. Ringkasnya, pendidikan dan latihan formal
meningkatkan kesamaan pemahaman tentang definisi bidang studi.
Banyak pemuka ddan pembuka jalan (pioneer) dalam Teknologi Pembelajaran
menerima latihan formal mereka di bidang studi lain, seperti psikologi,
rekayasa, komunikasi (dan/atrau pendidikan). ”Silsilah atau hubungan
kekeluargaan” itu memperkaya kultur akademik dan mengembangkan konsep bahwa
Teknologi Pembelajaran merupakan keturunan intellektual dari berbagai bidang
studi lain. Namun sejarah ini juga merupakan topik perdebatan mengenai hakekat
Teknologi Pembelajaran.
Dewasa ini para pemuka cenderung memperoleh pengetahuan mereka dan program
pascasarjana universitas dalam bidang Teknologi Pembelajaran . Hal ini jelas
berlaku untuk para pemuka akademik dan cenderung untuk pemuka praktisi. Dengan
semakin meningkatnya rutinitas untuk memeasuki profesi bidang studi, maka akan
semakin dipeoleh kesepakatan mengenai landasan pengetahuan dan batasan bidang.
Adanya kesamaan latar belakang profesional itu semakin membesarkan kesamaan
mengenai nilai pendidikan dari bidang studi. Kesamaan latar belakang ini
memberikan konstribusi yang sangat berarti dalam berkembangnya kesamaan budaya,
termasuk semakin efektifnya komunikasi dalam masyarakat akademis dan praktisi
Teknologi Pembelajaran.
Meskipun demikian, kesamaan latar belakang pengalaman juga menumbuhkan
semangat kekerabatan dalam bidang studi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya
kerancuan mengenai definisi bidang studi. Terdapat banyak pekerjaan dimana
orang dapat menerapkan prinsip Teknologi Pembelajaran. Tiap latar pekerjaan
tersebut mempunyai budaya sendiri dan keragaman budaya itu akan dapat menghambat
komunikasi diantara kaum profesional tersebut tidak disebabkan oleh kurangnya
kesepakatan dalam definisi, melainkan karena pengaruh keragaman kelompok dan
kultur di kalangan praktisi Teknologi Pembelajaran.
2. Kesadaran Komunitas
Pada tahun 1953 James Finn mengemukakan bahwa dalam rangka pembentukkan
watak suatu profesi, maka komunikasi perlu difasilitasi oleh assosiasi para
profesional. Secara singkat dapat dikatakan bahwa adanya assosiasi dapat
menciptakan kesadaran komunitas. Kecuali assosiasi diantara para praktisi yang
bergerak dalam lingkungan tertentu, terdapat juga beberapa assosiasi profesi
resmi dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Beberapa diantaranya seperti :
Association for Educational Communication ang Tecnology (AECT), yang menghimpun
masyarakat dengan latar belakang minat yang berlainan dan angggota-anggotanya
pun berasal dari berbagai komunitas pekerjaan. Assosisasi lain seperti
International Visual Literacy Assosciation yang memfokuskan diri pada suatu
bidang minat meskipun para anggotanya mempunyai latar belakang dari berbagai
komunitas. Kapan para profesional para profesional dengan keragaman komunitas
kerja dan keragaman minat bersatu, maka kemungkinan kesulitan berkomunikasi
akan semakin besar daripada kalau mereka terikat dalam suatu bidang tertentu
saja.
Dengan munculnya Teknologi Pembelajaran sebagai bidang studi tersendiri
yang cakupannya luas, maka diperlukan sekali adanya hubungan diantara para
komunitas Teknologi Pembelajaran yang memungkinkan komunikasi ke arah tujuan
bersama. Kebersamaan definisi memungkinkan terjadinya hal ini, terutama
kesamaan definisi dan pemehaman mengenai hakekat bidang studi. Namun, definisi
itu harus cukup luas untuk mencakup berbagai minat dan kekhususan yang ada
dalam bidang. Inilah yang menjadi fungsi dari kelima kawasan dan berbagai
komponen yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, definisi itu harus merupakan
”rumah” untuk semua anggota dari masyarakat profesional yang beragam ini, maka
dengan definisi akan lebih mudah untuk menyepakati standar, kode etik, dan
posisi kebijakan. Termasuk pula kesepakatan dalam pengetahuan dan keahlian
teknis di atara berbagai kelompok Teknologi Pembelajaran.
Identitas profesional tidak hanya sekedar pemasangan label pada diri
seseorang. Identitas itu terjamin dan tersuburkan dengan adanya kesadaran arah
yang jelas, serta dengan adanya pengalaman kerja dan hubungan dengan orang lain
yang mempunyai latar belakang sama. Meskipun definisi bersama mengenai suatu
bidang tidak menjamin adanya kesadaran identitas tentang bidang, namun
identitas itu akan sulit diperoleh tanpa kesamaan definisi tersebut. Kesadaran
akan komunitas dan identitas akan sangat tergantung pada keluasan pendefinisian
dan sejauh mana definisi itu memungkinkan adanya perbedaan dan perkembangan
kreatif.
D. DEFENISI DAN PERANANNYA DALAM PENYUSUNAN AGENDA
1. Pengembangan Agenda Untuk Penelitian Dan
Praktek
Pertumbuhan dan perkembangan dalam suatu bidang studi tidak terjadi
secara kebetulan, melainkan karena adanya acara khusus yang konkrit mengenai
hal itu. Acara-acara itu dapat merupakan kegiatan khusus dari pemuka yang
berpengaruh atau yang berlangsung secara abstrak yang merupakan cerminan dari
iklim intellektual dan sosial pada zamannya. Cobb dan Elder (1983) ketika
membahas agenda politik, menyatakan bahwa ”Isi dan dinamika penyusunan agenda
mmerupakan fungsi konteks sosial, politik dan ekonomi tempat proses ini
dipadukan. Konteks itu secara kkonstan berubah, dengan menciptakan kendala baru
dan mengubah yang lama” (h.188).
Dalam sejaran Teknologi Pembelajaran terdapat kekuatan sosial dari
peristiwa penting yang selalu memepengaruhi agenda bidang studi. Salah satu
contohnya adalah pengaruh Sputnik Rusia terhadap reformasi pendidikan AS.
Kekuatan lain yang mempengaruhi perkembangan teknologi adalah tuntutan di
kalangan militer dan industri untuk adanya latihan yang ceppat dan efektif.
Secara intellektual perngaruh teori Robert Gagne pada kondisi belajar dan
pengaruh penekakan tujuan behavioral juga berfungsi sebagai konteks suatu
pertumbuhan Teknologi Pembelajaran . Teknologi yang berkembang secara cepat
dalam masyarakat kita memmpunyai makna sosial dan intelektual yang penting bagi
Teknologi Pembelajaran.
Kekuatan-kekuatan ini dengan kedisiplinan agenda masing-masing, telah
membentuk pendekatan umum ke arah penyususnan penelitian dan teori, teknik, dan
prinsip-prinsip praktek dalam bidang studi. Kadang – kadang pengaruh susunan
agenda itu tampak dengan jelas. Perkembangan teknologi merupakan contoh yang
paling jelas, meskipun ada juga contoh lain. Gerakan konstruksivisme dirasakan
akibatnya bagi berbagai disiplin lain yang tidak terkait. Kekuatan politik
menuntutpenekakan pada pengujian, sedangkan kekuatan sosial menekankan pengaruh
keberagaman dalam belajar.
Agenda juga membantu pertumbuhan dan perubahan baik secara tertulis
maupun tidak tertulis. Agenda tertulis ditemukan dalam petunjuk legislatif
untuk pendanaan. Agenda tidak tertulis tetapi juga berpengaruh, tampak dalam
perubahan kurikulum dalam program universitas. Agenda tidak ttertulis juga
terlihat dalam pemilihan bahan pembicaraan dan pembicaraannya dalam pertemuan
tahunan assosiasi profesi. Definisi bidang studi yang disajikan disini juga
memiliki implikasi dalam susunan agenda TP. Apabila definisi itu diterima
secara luas dan dipadukan dalam budaya bidang studi, maka definisi itu dapat
berimplikasi pada agenda penelitian dan agenda praktek. Implikasi itu tampak
dalam aspek-aspek yang berbeda dari definisi tahun 1977. Perbedaan itu
menekankan arah baru kemana bidang studi itu telah bergerak atau cenderung
bergerak. Dengan adanya perbedaan itu definidi memiliki potensi untuk berfungsi
sebagai bagian dari proses pembangunan agenda bidang studi.
2. Implikasi Untuk Agenda Profesional Baru
Perbedaan umum
antara definisi tahun 1977 dan definisi tahun 1994 adalah :
• Perubahan nama bidang studi
• Perubahan orientasi utama kegiatannya; dan
• Perubahan dalam kawasan
` Adanya
perbedaan inilah yang merupakan kunci sumber pengaruh pada arah pertumbuhan dan
perkembangan bidang studi.
Perubahan nama pada satu sisi merupakan perubahan yang tampak paling
jelas tetapi di sisi lain tidak terlalu penting. Rasional perubahan itu sudah
di bahas dalam Bab I. Nama yang baru menekankan perubahan utama dalam arena
praktek selama periode tujuh belas tahun antara kedua definisi tersebut. Pada
dasawarsa 1970-an, perhatian sekolah dan pendidikan anak masih mendominasi
bidang studi. Dewasa ini lebih luas lingkungan yang mencakup sebagai lapangan
profesional kita. Hal ini mengarah pada peneliti dan praktisi untuk
memperhatikan pembelajar pada semua usia, dengan keragaman isi, dan dengan
kendala yang ada dalam berbagai latar organisasi. Keragaman aplikasi prinsip
dan praktek dalam bidang studi, menghendaki teori dan peneliti baru. Kebutuhan
itu cenderung berlanjut selama beberapa waktu.
Kunci perbedaan kedua terletak pada orientasi utama dari setiap definisi
yang disajikan dalam Bab I. Pada definisi 1977 bidang studi itu pada dasarnya
dinyatakan sebagai proses. Definisi itu memfokuskan diri pada pemecahan
masalah, dan meskipun akar teoritik yang kuat ditunjukkan, namun definisi itu
berorientasikan pada praktek. Sedangkan definisi 1994 dinbyatakan dengan jelas
bidang studi merupakan wilayah pengetahuan dan kajian yang dapat diaplikasikan
dalam situasi p-raktis. Arah itu ditentukan untuk memungkinkan berkembang
menjadi suatu disiplin yang berdiri sendiri. Perubahan ini mengimplikasikan
perlunya lebih banyak lagi penelitian dan teori yang bersifat unik dalam bidang
studi, dan berkurangnya ketergantungan pada produk teori dan penelitian dan
penelitian bidang studi lain.
Perubahan yang paling menonjol terletak pada konfigurasi kawasan, serta
pejabaran komponen dalam tiap kawasan. Perubahan ini mengandung makna luas.
Dalam definisi 1977 ada tiga kawasan yaitu : manajemen pembelajaran, pengembangan
pembelajaran dan sistem pembelajaran. Dalam definisi baru sekarang terdapat
lima kawasan yang masing-masing memiliki empat komponen yang semuanya sudah
dibahas secara rinci dalam Bab II.
Setiap kawasan dalam definisi tahun 1994 memrlukan landasan penelitian
dan teori tersendiri dari pada menggantungkan pada pengetahuan bidang studi
lain. Landasan penelitian kawasan itu tidak sama perkembangannya. Ada wilayah
kajian yang sedikit perkembangannya, dan ada wilayah kajian lain yang sangat
berkembang. Kawasan yang belum berkembang dan komponen-komponennya mempunyai
implikasi besarpada perlunya agenda penelitan dan praktek baru dalam bidang
studi.
BAB III
KESIMPULAN
Definisi pembelajaran tahun 1994 memebrikan penjelasan lebih lanjut
mengenai batasan intellektual bidang studi. Serta mengidentifikasi dan
menekannkan hubungan dan ketergantungan diantara kawasannya. Definisi itu
adalah bersifat stipulatif, yaitu tidak hanya mendeskripsikan apa bidang studi
itu dewasa ini tetapi juga merumuskan penelitian yang diperlukan di masa
mendatang. Definisi itu dimaksudkan untuk membantu perkembangan bidang studi
lain dan sekaligus meningkatkan komunikasi diantara para profesional dalam
masyarakat Teknologi Pembelajaran .
Meskipun definisi menyoroti batasan bidang studi, namun tidak ada maksud
untuk mempersempit bidang studi atau membatasi kreativitas para anggotanya.
Teknologi pembelajaran selama ini telah dipandang sebagai suatu kiat daripada
suatu pengetahuan. Karakteristik ini akan tetap dikenal bilamna kreativitas para
teknolog pembelajaran dibatasi pada usaha mempertahankan keberadaan bidang
studi tanpa mepedulikan pengembangan definisi lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar