Kamis, 17 Januari 2013


IMPLIKASI DEFINISI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

BAB  I
PENDAHULUAN
Dalam Bab pertama telah dipersoalkan perlunya definisi baru tentang Teknologi Pembelajaran (TP) yang dapat mencerminkan pertumbuhan dan keragaman dalam kawasan Teknologi Pembelajarn, serta diharapkan dapat menjadi pencetus kreativitas dan perubahan lebih lanjut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ely (1983) bahwa ”definisi tidak membangun kawasan, tetapi membantu menjelaskan fungsi, tujuan dan peranan apa dan siapa saja yang ada di dalam dan di luarnya”(hal.2). Usaha pendefinisian ini juga mengandung tujuan lebih jauh untuk merangsang perkembangan kesatuan masyarakat ilmuwan dan praktisi yang sangat berbeda dalam filsafat, tugas (job), dan lingkungan kerjanya. Bab ini secara khusus membahas peranan dan implikasi definisi dalam kawasan yang berubah secara pesat.


BAB  II
A. DEFINISI DAN PERANANNYA DALAM PERTUMBUHAN KAWASAN
Perkembangan Bidang Studi Tersendiri
Dalam dokumen ini terkandung pengertian bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan suatu bidang studi tersendiri, suatu cabang pengetahuan yang terpisah. Meskipun telah berfungsi sebagai suatu bidang studi selama bertahun-tahun, bahkan telah merupakan suatu profesi, namun kemantapan status keberadaannya termasuk relatif baru bagi masyarakat luas. Mantapnya status ini dapat ditunjukkan dengan kepedulian profesional dan kejelasan lingkup teoritik. Definisi Teknologi Pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh dimensi kematangan, karena bersamaan dengan itu definisi ini memungkinkan tumbuhnya bidang studi itu sendiri lebih lanjut.
Menurut pendapat Finn (1953) karakteristik suatu profesi meliputi :
 • Sekumpulan teori dan penelitian
 • Teknik intellektual
 • Aplikasi yang bersifat praktis
 • Persyaratan latihan dan sertifikasi yang memadai
 • Etika yang ditegakkan
 • Asosiasi dan komunikasi di antara anggota
Selama bertahun-tahun, di bidang Teknologi Pembelajaran telah memenuhi semua kriteria ini. Proses perkembangannya telah menghasilkan sekumpulan teori tersendiri, dan prinsip-prinsip yang dihasilkannya telah diterapkan dalam berbagai keadaan.
Berkembangnya penerapan Teknologi Instruksional telah diakui secara meluas. Sedemikian jauh perkembangan ini telah sejajar dengan perkembangan teknologi itu sendiri. Meskipun demikian masih merupakan isu yang diperdebatkan apakah perkembangan bidang itu telah menghasilkan sejumlah teori dalam lingkup parameter sendiri, ataukah telah memecahkan masalah sendiri, atau dikembangkan oleh ilmuwan dalam lingkungan sendiri. Semua ini merupakan inti diskusi mengenai kematangan disiplin keilmuwan TP. Kebanyakan diantara kita berpendapat bahwa kawasan desain merupakan kawasan yang paling matang dibandingkan dengan kawasan lain, karena sebagian besar teori yang terbentuk dalam penelitian yang dilakukan ada dalam kawasan ini. Meskipun akar intellektual dari desain ini berasal dari teori bidang disiplin lain, namun desain pembelajaran telah mengalami kemajuan dengan menghasilkan sejumlah penelitian dan teori tersendiri yang bersifat unik. Kita perlu menggantikan sejumlah pengetahuan dari disiplin lain yang kita gunakan dengan pengetahuan yang kita kembangkan sendiri dalam kelima kawasan TP. Hal ini merupakan arah dan tujuan perkembangan intellektual dalam bidang studi yang bersangkutan.

B. EVALUASI DEFINISI
Definisi tahun 1994 dan tahun 1977 sama-sama menekankan bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan proses desain dan pengembangan yang komprehensif dan digunakan untuk memcahkan masalah pembelajaran dan belajar. Dalam kedua definisi tersebut Teknologi Pembelajaran dipandang sebagai bidang studi yang berorientasi sistematis. Namun terdapat pertanyaan pula bahwa TP dipandang sebagai ”suatu mengenai belajar” sebagaimana dikemukakan oleh Armsey dan Dahl (1973), meskipun hal ini tidak dipersoalkan lagi dalam karya di bidang studi. Definisi tahun 1994 sekarang ini konsisten dengan teori dan praktik dalam bidang studi, meskipun pendapat umum atau mereka yang tidak berpendidikan dalam TP menganggap bahwa sebagai profesi bidang ini mempunyai orientasi perangkat keras.
Isu yang lebih penting ialah tentang perlunya diperoleh kesepakatan di antara para ilmuwan dan prakstisi di bidang studi mengenai persoalan yang berkaitan dengan ruang lingkup Teknologi Pe,belajaran dan membedakannya dari bidang studi lain. Tugas ini penting artinya bagi sebuah definisi, karena pada hakekatnya terikat pada permasalahan yang menjadi perhatiannya. Dalam suatu disiplin yang telah matang, terdapat kesepakatan mengenai masalah yang berhubungan dengan lingkup kajian dan praktiknya, termasuk masalah baru yang akan muncul seiring dengan perubahan masyarakat. Keputusan seperti itu tidaklah sulit jika batasan konseptual bidang studi yang bersangkutan itu jelas. Demikian juga tidak akan ada kesulitan bilamana definisi bidang studi untuk dapat diterima dan dipahami secara luas. Batasan konseptual Teknologi Pembelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan struktur yang disarankan oleh kelima kawasan bidang studi., sebab kelimanya mencerminkan wilayah praktek dan spesialisasi yang utama. Validitas definisi dan keunikan bidang studi, selanjutnya tergantung pada kejelasan dan kelengkapan kawasannya.
Pertumbuhan definisi Teknologi Pembelajaran juga sejajar dengan perubahan pendangan mengenai kawasan bidang studi. Misalnya, kawasan pengembangan pembelajaran yang dirumuskan dalam definisi tahun 1977, telah tumbuh menjadi tiga kawasan terpisah dalam definisi tahun 1994, yaitu:   desain, pengembangan dan penilaian. Pertumbuhan ini terjadi karena meningkatnya kegiatan dan proses yang berlangsung dalam teori dan praktik.
Perubahan definisi ini lebih bersifat evolusi dari pada revolusi. Perubahan secara bertahap mencerminkan unsur stabilitas dan adanya persamaan pengertian diantara para teknolog pembelajaran. Secara fundamental, stabilitas ini mencerminkan komitmen bidang studi terhadap penggunaan model desain sistem pembelajaran sebagai orientasi utama dalam menciptakan dan mengelola lingkungan belajar. Kecuali itu telah ada kesepakatan bersama tentang pentingnya mediasi dan visualisasi dalam proses pembelajaran. Kesamaan pengertian ini mengingatkan pada deskripsi Kuhn tentang paradigma sebagai komitmen masyarakat ilmuwan terhadap kerangka konseptual implisist , tersirat dan meresap ”(Shulman, 1986:4). Selanjutnya Kuhn (1962) menyatakan bahwa penggunaan paradigma yang dominan dalam sebuah bidang studi merupakan karakteristik sebuah kematangan disiplin yang bersangkutan.
Disamping adanya kesepakatan mengenai landasan tersebut, terdapat pertumbuhan sejumlah perspektif dan pendekatan alternatif. Hal ini telah dibahas dalam Bab III. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah : ”apakah penjelasan dan perspektif alternatif mengenai proses belajar mengajar itu memperkaya atau justru memecah bidang studi? Apakah kerangka definisi dan kawasannya telah mencakup posisi alternatif teoritis?”
Sementara sebuah definisi disiplin ilmu mencerminkan pertumbuhan bidang studi, bisa juga dikatakan bahwa definisi yang belum matang (prematur) dapat mempersempit bidang studi secara intellektual , sehingga menghambat pertumbuhan. Sebagai contoh definisi dan kawasan TP sebagaimana disajikan disini mencerminkan elemen-elemen sebuah pendekatan sistem dalam pendidikan. Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa posisi ini berdampak membatasi bidang studi dan menghalangi pemecahan masalah secara kreatif. Hal itu selanjutkan akan dapat menghambat pembentukan perspektif alternatif baru. Oleh karena itu definisi yang dikehendaki adalah definisi yang menjelaskan wilayah atau batasan (kapling) bidang studi TP, tetapi tidak menghambat pemikiran anggotanya. Diharapkan definisi 1994 juga berfungi demikian.

C. DEFINISI DAN PERANANNYA DALAM KOMUNIKASI
1. Elemen Yang Meningkatkan Komunikasi
Shulman (1986:4), menyimpulkan bahwa ”kemampuan untuk berkomunikasi merupakan penentu utama keanggotaan bermasyarakat”. Kemampuan berkomunikasi merupakan pertumbuhan dari :
• Kesamaan latihan dan budaya
• Kesamaan nilai dan tujuan konseptual, dan
• Kesamaan pengalaman
Kesemuanya ini merupakan prasyarat keanggotaan dalam masyarakat profesional.
Latihan formal meningkatkan keterlibatan dalam profesi dan komunikasi dengan pihak lain karena memberikan dasar pustaka serta prinsip dan praktek dalam bidang studi dan juga menunjukkan penerapan terbaik dalam pekerjaan. Selanjutnya, latihan juga memberikan pengertian tentang sejarah, seperangkat kesamaan definisi dan kesempatan mengikuti perdebatan dan kontroversi mengenai bidang studi. Latihan formal juga cenderung menciptakan kesepakatan mengenai masalah dan paradigma disiplin ilmu. Ringkasnya, pendidikan dan latihan formal meningkatkan kesamaan pemahaman tentang definisi bidang studi.
Banyak pemuka ddan pembuka jalan (pioneer) dalam Teknologi Pembelajaran menerima latihan formal mereka di bidang studi lain, seperti psikologi, rekayasa, komunikasi (dan/atrau pendidikan). ”Silsilah atau hubungan kekeluargaan” itu memperkaya kultur akademik dan mengembangkan konsep bahwa Teknologi Pembelajaran merupakan keturunan intellektual dari berbagai bidang studi lain. Namun sejarah ini juga merupakan topik perdebatan mengenai hakekat Teknologi Pembelajaran.
Dewasa ini para pemuka cenderung memperoleh pengetahuan mereka dan program pascasarjana universitas dalam bidang Teknologi Pembelajaran . Hal ini jelas berlaku untuk para pemuka akademik dan cenderung untuk pemuka praktisi. Dengan semakin meningkatnya rutinitas untuk memeasuki profesi bidang studi, maka akan semakin dipeoleh kesepakatan mengenai landasan pengetahuan dan batasan bidang. Adanya kesamaan latar belakang profesional itu semakin membesarkan kesamaan mengenai nilai pendidikan dari bidang studi. Kesamaan latar belakang ini memberikan konstribusi yang sangat berarti dalam berkembangnya kesamaan budaya, termasuk semakin efektifnya komunikasi dalam masyarakat akademis dan praktisi Teknologi Pembelajaran.
Meskipun demikian, kesamaan latar belakang pengalaman juga menumbuhkan semangat kekerabatan dalam bidang studi. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kerancuan mengenai definisi bidang studi. Terdapat banyak pekerjaan dimana orang dapat menerapkan prinsip Teknologi Pembelajaran. Tiap latar pekerjaan tersebut mempunyai budaya sendiri dan keragaman budaya itu akan dapat menghambat komunikasi diantara kaum profesional tersebut tidak disebabkan oleh kurangnya kesepakatan dalam definisi, melainkan karena pengaruh keragaman kelompok dan kultur di kalangan praktisi Teknologi Pembelajaran.
2. Kesadaran Komunitas
Pada tahun 1953 James Finn mengemukakan bahwa dalam rangka pembentukkan watak suatu profesi, maka komunikasi perlu difasilitasi oleh assosiasi para profesional. Secara singkat dapat dikatakan bahwa adanya assosiasi dapat menciptakan kesadaran komunitas. Kecuali assosiasi diantara para praktisi yang bergerak dalam lingkungan tertentu, terdapat juga beberapa assosiasi profesi resmi dalam bidang Teknologi Pembelajaran. Beberapa diantaranya seperti : Association for Educational Communication ang Tecnology (AECT), yang menghimpun masyarakat dengan latar belakang minat yang berlainan dan angggota-anggotanya pun berasal dari berbagai komunitas pekerjaan. Assosisasi lain seperti International Visual Literacy Assosciation yang memfokuskan diri pada suatu bidang minat meskipun para anggotanya mempunyai latar belakang dari berbagai komunitas. Kapan para profesional para profesional dengan keragaman komunitas kerja dan keragaman minat bersatu, maka kemungkinan kesulitan berkomunikasi akan semakin besar daripada kalau mereka terikat dalam suatu bidang tertentu saja.
Dengan munculnya Teknologi Pembelajaran sebagai bidang studi tersendiri yang cakupannya luas, maka diperlukan sekali adanya hubungan diantara para komunitas Teknologi Pembelajaran yang memungkinkan komunikasi ke arah tujuan bersama. Kebersamaan definisi memungkinkan terjadinya hal ini, terutama kesamaan definisi dan pemehaman mengenai hakekat bidang studi. Namun, definisi itu harus cukup luas untuk mencakup berbagai minat dan kekhususan yang ada dalam bidang. Inilah yang menjadi fungsi dari kelima kawasan dan berbagai komponen yang ada di dalamnya. Dengan kata lain, definisi itu harus merupakan ”rumah” untuk semua anggota dari masyarakat profesional yang beragam ini, maka dengan definisi akan lebih mudah untuk menyepakati standar, kode etik, dan posisi kebijakan. Termasuk pula kesepakatan dalam pengetahuan dan keahlian teknis di atara berbagai kelompok Teknologi Pembelajaran.
Identitas profesional tidak hanya sekedar pemasangan label pada diri seseorang. Identitas itu terjamin dan tersuburkan dengan adanya kesadaran arah yang jelas, serta dengan adanya pengalaman kerja dan hubungan dengan orang lain yang mempunyai latar belakang sama. Meskipun definisi bersama mengenai suatu bidang tidak menjamin adanya kesadaran identitas tentang bidang, namun identitas itu akan sulit diperoleh tanpa kesamaan definisi tersebut. Kesadaran akan komunitas dan identitas akan sangat tergantung pada keluasan pendefinisian dan sejauh mana definisi itu memungkinkan adanya perbedaan dan perkembangan kreatif.

D. DEFENISI DAN PERANANNYA DALAM PENYUSUNAN AGENDA
1. Pengembangan Agenda Untuk Penelitian Dan Praktek
Pertumbuhan dan perkembangan dalam suatu bidang studi tidak terjadi secara kebetulan, melainkan karena adanya acara khusus yang konkrit mengenai hal itu. Acara-acara itu dapat merupakan kegiatan khusus dari pemuka yang berpengaruh atau yang berlangsung secara abstrak yang merupakan cerminan dari iklim intellektual dan sosial pada zamannya. Cobb dan Elder (1983) ketika membahas agenda politik, menyatakan bahwa ”Isi dan dinamika penyusunan agenda mmerupakan fungsi konteks sosial, politik dan ekonomi tempat proses ini dipadukan. Konteks itu secara kkonstan berubah, dengan menciptakan kendala baru dan mengubah yang lama” (h.188).
Dalam sejaran Teknologi Pembelajaran terdapat kekuatan sosial dari peristiwa penting yang selalu memepengaruhi agenda bidang studi. Salah satu contohnya adalah pengaruh Sputnik Rusia terhadap reformasi pendidikan AS. Kekuatan lain yang mempengaruhi perkembangan teknologi adalah tuntutan di kalangan militer dan industri untuk adanya latihan yang ceppat dan efektif. Secara intellektual perngaruh teori Robert Gagne pada kondisi belajar dan pengaruh penekakan tujuan behavioral juga berfungsi sebagai konteks suatu pertumbuhan Teknologi Pembelajaran . Teknologi yang berkembang secara cepat dalam masyarakat kita memmpunyai makna sosial dan intelektual yang penting bagi Teknologi Pembelajaran.
Kekuatan-kekuatan ini dengan kedisiplinan agenda masing-masing, telah membentuk pendekatan umum ke arah penyususnan penelitian dan teori, teknik, dan prinsip-prinsip praktek dalam bidang studi. Kadang – kadang pengaruh susunan agenda itu tampak dengan jelas. Perkembangan teknologi merupakan contoh yang paling jelas, meskipun ada juga contoh lain. Gerakan konstruksivisme dirasakan akibatnya bagi berbagai disiplin lain yang tidak terkait. Kekuatan politik menuntutpenekakan pada pengujian, sedangkan kekuatan sosial menekankan pengaruh keberagaman dalam belajar.
Agenda juga membantu pertumbuhan dan perubahan baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Agenda tertulis ditemukan dalam petunjuk legislatif untuk pendanaan. Agenda tidak tertulis tetapi juga berpengaruh, tampak dalam perubahan kurikulum dalam program universitas. Agenda tidak ttertulis juga terlihat dalam pemilihan bahan pembicaraan dan pembicaraannya dalam pertemuan tahunan assosiasi profesi. Definisi bidang studi yang disajikan disini juga memiliki implikasi dalam susunan agenda TP. Apabila definisi itu diterima secara luas dan dipadukan dalam budaya bidang studi, maka definisi itu dapat berimplikasi pada agenda penelitian dan agenda praktek. Implikasi itu tampak dalam aspek-aspek yang berbeda dari definisi tahun 1977. Perbedaan itu menekankan arah baru kemana bidang studi itu telah bergerak atau cenderung bergerak. Dengan adanya perbedaan itu definidi memiliki potensi untuk berfungsi sebagai bagian dari proses pembangunan agenda bidang studi.
2. Implikasi Untuk Agenda Profesional Baru
Perbedaan umum antara definisi tahun 1977 dan definisi tahun 1994 adalah :
• Perubahan nama bidang studi
• Perubahan orientasi utama kegiatannya; dan
• Perubahan dalam kawasan
`               Adanya perbedaan inilah yang merupakan kunci sumber pengaruh pada arah pertumbuhan dan perkembangan bidang studi.
Perubahan nama pada satu sisi merupakan perubahan yang tampak paling jelas tetapi di sisi lain tidak terlalu penting. Rasional perubahan itu sudah di bahas dalam Bab I. Nama yang baru menekankan perubahan utama dalam arena praktek selama periode tujuh belas tahun antara kedua definisi tersebut. Pada dasawarsa 1970-an, perhatian sekolah dan pendidikan anak masih mendominasi bidang studi. Dewasa ini lebih luas lingkungan yang mencakup sebagai lapangan profesional kita. Hal ini mengarah pada peneliti dan praktisi untuk memperhatikan pembelajar pada semua usia, dengan keragaman isi, dan dengan kendala yang ada dalam berbagai latar organisasi. Keragaman aplikasi prinsip dan praktek dalam bidang studi, menghendaki teori dan peneliti baru. Kebutuhan itu cenderung berlanjut selama beberapa waktu.
Kunci perbedaan kedua terletak pada orientasi utama dari setiap definisi yang disajikan dalam Bab I. Pada definisi 1977 bidang studi itu pada dasarnya dinyatakan sebagai proses. Definisi itu memfokuskan diri pada pemecahan masalah, dan meskipun akar teoritik yang kuat ditunjukkan, namun definisi itu berorientasikan pada praktek. Sedangkan definisi 1994 dinbyatakan dengan jelas bidang studi merupakan wilayah pengetahuan dan kajian yang dapat diaplikasikan dalam situasi p-raktis. Arah itu ditentukan untuk memungkinkan berkembang menjadi suatu disiplin yang berdiri sendiri. Perubahan ini mengimplikasikan perlunya lebih banyak lagi penelitian dan teori yang bersifat unik dalam bidang studi, dan berkurangnya ketergantungan pada produk teori dan penelitian dan penelitian bidang studi lain.
Perubahan yang paling menonjol terletak pada konfigurasi kawasan, serta pejabaran komponen dalam tiap kawasan. Perubahan ini mengandung makna luas. Dalam definisi 1977 ada tiga kawasan yaitu : manajemen pembelajaran, pengembangan pembelajaran dan sistem pembelajaran. Dalam definisi baru sekarang terdapat lima kawasan yang masing-masing memiliki empat komponen yang semuanya sudah dibahas secara rinci dalam Bab II.
Setiap kawasan dalam definisi tahun 1994 memrlukan landasan penelitian dan teori tersendiri dari pada menggantungkan pada pengetahuan bidang studi lain. Landasan penelitian kawasan itu tidak sama perkembangannya. Ada wilayah kajian yang sedikit perkembangannya, dan ada wilayah kajian lain yang sangat berkembang. Kawasan yang belum berkembang dan komponen-komponennya mempunyai implikasi besarpada perlunya agenda penelitan dan praktek baru dalam bidang studi.


BAB  III
KESIMPULAN
Definisi pembelajaran tahun 1994 memebrikan penjelasan lebih lanjut mengenai batasan intellektual bidang studi. Serta mengidentifikasi dan menekannkan hubungan dan ketergantungan diantara kawasannya. Definisi itu adalah bersifat stipulatif, yaitu tidak hanya mendeskripsikan apa bidang studi itu dewasa ini tetapi juga merumuskan penelitian yang diperlukan di masa mendatang. Definisi itu dimaksudkan untuk membantu perkembangan bidang studi lain dan sekaligus meningkatkan komunikasi diantara para profesional dalam masyarakat Teknologi Pembelajaran .
Meskipun definisi menyoroti batasan bidang studi, namun tidak ada maksud untuk mempersempit bidang studi atau membatasi kreativitas para anggotanya. Teknologi pembelajaran selama ini telah dipandang sebagai suatu kiat daripada suatu pengetahuan. Karakteristik ini akan tetap dikenal bilamna kreativitas para teknolog pembelajaran dibatasi pada usaha mempertahankan keberadaan bidang studi tanpa mepedulikan pengembangan definisi lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar