PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN
BAB I
Pendahuluan
Reparasi
kurikulum secara sporadis (tidak tentu) oleh pemerintah (Depdiknas) telah
membangkitkan ”emosi” guru untuk memberi komentar yang beragam. Ada yang
berkomentar lantaran keperluan institusi, perkembangan ipteks, penyesuaian
dengan situasi, proyek, dan ada pula yang memilih diam. Apa pun komentar
teman-teman guru perlu dimaknai sebagai wujud aktualisasi diri. Sependapat
dengan J. Drost, SJ (2005:48) bahwa kurikulum-kurikulum yang ada sudah baik, namun
belum meyani semua pelajar kita. Pengajaran kita tidak perlu direformasi kalau
melihat masalah kurikulum. Yang amat perlu direformasi ialah birokrasi
pendidikan dan pengajaran.
Konsekuensi
logis dari bergulirnya kurikulum baru adalah penyesuaian perangkat pembelajaran,
seperti program tahunan (Prota), program semester (Promes), silabus, rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan sejenisnya. Guru-guru pun lantas gelisah
lantaran seperangkat administrasi yang sudah dikerjakan tidak bisa ”dicopy
paste” untuk tahun-tahun berikutnya. Ibarat sebuah umpan, agaknya publik sudah
menangkap kegelisahan guru. Berbagai bentuk administrasi mendadak hadir
mengobati kegelisahan guru. Tawaran administrasi model baru dari rekanan seolah
menjadi angin segar bagi guru. Guru tinggal tanda tangan dan memberi tanda tertentu
pada kolom-kolom yang sudah ada.
Memang
seperangkat administrasi tersebut sangat membantu guru, apalagi guru yang
hendak mengajukan kenaikan pangkat melalui penilaian angka kredit. Namun
sejujurnya, instanisasi proses administrasi tersebut merupakan ”pembodohan”
guru secara sistematis. Hal ini lantaran penyeragaman materi (dalam sebuah RPP
contohnya) merupakan potret guru yang kurang memahami perbedaan individual
(individual different) peserta didiknya. Seperti yang dikatakan Tilaar (2002)
bahwa proses pendidikan yang mengabaikan proses individualisasi adalah pengungkungan
atau pemenjaraan proses perkembangan manusia.
Percik pemikiran
sederhana ini mencoba untuk membangkitkan kembali pemahaman kita dalam menyiapkan,
merumuskan, mengkaji, dan menganalisis administrasi pembelajaran yang secara conditio
sine qua non merupakan syarat utama untuk mewujudkan pembelajaran yang
bermakna.
Kajian sederhana
ini difokuskan pada teknik menyusun Prota dan Promes. Sebuah program bukan hanya
kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan
kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan (Arikunto
dan Jabar, 2004:3). Oleh karena itu penyusunan program tahuan dan program
semester tentu merupakan satu sistem yang saling terkait. Ditambahkan Uno
(2007) bahwa salah satu asumsi dasar perlunya merencanakan suatu program pembelajaran
adalah untuk memperbaiki kualtas pembelajaran yang bermuara pada ketercapaian tujuan
pembelajaran.
BAB II
Pengertian Prota dan Promes
Program Tahunan
Program tahunan
adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan
KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi
dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. Penentuan
alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur
kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa
Program Tahunan merupakan
program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang
garis-garis besar yang hendak dicapai dalam satu tahun dan dikembangkan oleh
guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini perlu dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai , karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program- progran berikutnya, yakni program semester,
mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan sistem penilaian
komponen-komponen program tahunan meliputi identifikasi (satuan pendidikan,mata
pelajaran, tahun pelajaran) standart kompetensi, kompetensi dasar, alokasi
waktu dan keterangan.
Program Tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan
oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan program ini telah dipersiapkan dan dikembangkan
oleh guru mata pelajaran sebelum tahun ajaran karena merupakan pedoman bagi pengembangan
program-program berikutnya.
Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, yang dikembangkan
oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan sebagai pedoman bagi pengembangan
program-program selanjutnya, seperti program semester, program mingguan, dan program
harian atau program pembelajaran setiap pokok bahasan
Program tahunan
memuat penjabaran alokasi waktu tiap-tiap standar kompetensi dan kompetensi dasar
untuk tiap semester dan tiap kelas selama satu tahun pelajaran. Program tahunan
selanjutnya dijabarkan secara rinci pada program semester. Program tahunan
dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran dimulai, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya. Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas, rang
dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan (Mulyana, 2004 : 95).
Program Semester
Semester adalah
satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan
yang dilaksanakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, kerja
lapangan, mid semester, ujian semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi
penilaian keberhasilan. Satu semester terdiri dari 19 minggu kerja termasuk
penyelenggaraan tatap muka, mid semester dan ujian semester.
Dalam program
pendidikan semester dipakai satuan waktu terkecil, yaitu satuan semester untuk
menyatakan lamanya satu program pendidikan. Masing-masing program semester
sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan berdiri sendiri. Pada setiap
akhir semester segenap bahan kegiatan program semester yang disajikan harus
sudah selesai dilaksanakan dan mahasiswa yang mengambil program tersebut sudah
dapat ditentukan lulus atau tidak.
Program semester
adalah program yang berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak
dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Program semester merupakan
penjabaran dari program tahunan. Isi dari program semester adalah tentang
bulan, pokok bahasan yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan
keterangan-keterangan.
Teknik Menyusun Program Tahunan dan
Program Semester
Konsep Dasar
Program Tahunan
Program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
dikembangkan oleh guru (Mulyasa, 2003:183). Dipertegas Muslich (2007:44)
program tahunan adalah rencana umum pembelajaran mata pelajaran setelah
diketahui kepastian jumlah jam pelajara efektif dalam satu tahun.
Program tahunan
perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena
merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni program
semester, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Sumber-sumber
yang dapat dijadikan bahan pengembangan program tahunan antara lain:
1.
Daftar standar kompetensi
sebagai konsensus nasional, yang dikembangkan dalam buku garis-garis besar
program pengajaran (GBPP) setiap mata pelajaran yang akan dikembangkan.
2.
Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran diperlukan materi pembelajaran. Materi
pembelajaran tersebut disusun dalam pokok- pokok bahasan dan sub pokok bahasan,
yang mengandung ide-ide pokok sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
Pokok-pokok bahasan dan sub-sub pokok bahasan tersebut harus jelas skope dan
sekeuensinya. Skope adalah ruang lingkup dan batasan- batasan keluasan setiap
pokok dan sub pokok bahasan, sedangkan sekuensi adalah urutan logis dari setiap
pokok dan sub pokok bahasan. Pengembangan skope dan sekuensi ini bisa dilakukan
oleh guru, dan bisa dikembangkan dalam kelompok kerja guru (KKG).
Sebagai pedoman berikut dikemukakan pendapat Sukmadinata (1988) tentang
cara menyusun sekuensi bahan ajar:
- Sekuens kronologis. Untuk menyususn bahan ajar yang mengandung urutan waktu, dapat digunnakan kronologis. Peristiwa-peristiwa sejarah, perkembangan historis suatu instusi, penemuan-penemuan ilmiah dan sebagainya dapat disusun berdasarkan sekuens kronologis.
- Sekuens kausal. Sekuens kausal berhubungan dengan kronologis. Peserta didik dihadapkan pada peristiwa-peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu daripada sesuatu peristiwa atau situasi yang menjadi sebab atau pendahulu para peserta didik akan menemukan akibatnya Menurut Rowntree (dalam Mulyasa, 2003: 96) sekuens kausal cocok untuk menyusun bahan ajar ddalam bidang meteorologi dan geomorfologi.
- Sekuens struktural. Bagian-bagian bahan ajar sesuatu bidang studi telah mempunyai strukturnya. Dalam fisika tidak mungkin mengajarkan alat-alat optik, tanpa terlebih dahulu diajarkan pemantulan dan pembiasan cahaya. Masalah cahaya, pemantulan-pembiasan, dan alat- alat optik tersusun secara struktural.
- Sekuens logis dan psikologis. Bahan ajar juga dapat disusun berdasarkan urutan logis. Menurut sekuens logis bahan ajar dimulai dari bagian kepada keseluruhan, dari yang sederhana kepada yang kompleks, tetapi menurut sekuens psikologis sebaliknya dari keseluruhan kepada bagian, dari yang kompleks kepada sederhana. Menurut sekuens logis bahan ajar disusuun dari yang nyata kepada yang abstrak, dari benda-benda kepada teori, dari fungsi kepada struktur, dari masalah bagaimana kepada masalah mengapa.
- Sekuens spiral. Dikembangkan oleh Bruner (1960). Bahan ajaran dipusatkan pada topik atau pokok bahasan tertentu. Dari yopik atau pokok bahasan tersebut bahan diperluas dan diperdalam. Topik atau pokok bahan ajaran tersebut adalah sesuatu yang populer dan sederhana, tetapi kemudian diperluas dan diperdalam dengan bahan yang lebih kompleks dan sophisticated.
- Rangkaian ke belakang (backward chaining). Dikembangkan oleh Thomas Gilbert (1962). Dalam sekuens ini mengajar dimulai dengan langkah terakhir dan mundur ke belakang. Contoh pemecahan masalah yang bersifat ilmiah meliputi: (a) pembatasan masalah, (b) penyusun hipotesis, (c) pengumpulan data, (d) pengetesan hipotesis, dan (e) intreprestasi hasil tes. Dalam mengajar mulai dengan langkah (e), kemudian guru menyajikan data tentang sesuatu masalah dari langkah (a) sampai (d), dan peserta didik diminta untuk membuat intreprestasi hasilnya (e).pada kesempatan lain guru menyajikan data tentang masalah lain dari langkah (a) sampai (c), dan peserta didik diminta untuk mengadakan pengetesan hipotesis (d), dan seterusnya.
- Sekuens berdasarkan hierakhi belajar. Model ini dikembangkan Gagne (1965) dengan prosedur tujuan khusus utama dianalisis, dan dicari suatu hierakhi urutan bahan ajaran untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Hierakhi tersebut menggambarkan urutan perilaku apa yang mula-mula harus dikuasai peserta didik, berturut-turut sampai pokok-pokok bahasan tertentu hierakhi juga dapat mengikuti hierakhi tipe-tipe belajar dari Gagne. Gagne (1970) mengemukakan delapan tipe belajar yang tersusun secara hierakhis mulai dari yang paling sederhana: ”signial learning, stimulus respos learning, motor-chain leraning, verbal association, multiple discrimination, concept learning, principle learning, dan problem solving learning ”.
3.
Kalender pendidikan. Penyusun
kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi,
efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam kalender pembelajaran, termasuk
waktu libur, dan lain-lain. Dengan demikian, dalam menyusun program tahunan
perlu memperhatikan kalender pendidikan. Hari belajar efektif dalam satu tahun
pelajaran dilaksanakan dengan menggunakan sistem semester (satu tahun pelajaran
terdiri atas dua kelompok penyelenggara pendidikan) yang terdiri atas 34-38
minggu.
Berdasarkan
sumber-sumber tersebut, dapat ditetapkan dan dikembangkan jumlah kompetensi,
pokok bahasan dan waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pokok dan sub pokok
bahasan, jumlah ulangan, baik ulangan umum maupun ulangan harian, dan jumlah
waktu cadangan. Setidaknya dalam menyusun Prota, komponen yang harus ada
sebagai berikut:
- Identitas (mata pelajaran, kelas, tahun pelajaran).
- Format isian (semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, matei pokok, dan alokasi waktu).
Dalam
perkembangan dan pengkajian penyusunan Prota, terdapat beragam alternatif
format program tahunan. Dengan demikian guru memiliki kebebasan dalam
menentukan format Prota. Format berikut ini, diadopsi dari berbagai contoh
format yang pernah ada:
PROGRAM TAHUNAN
Satuan
Pendidikan : ……………..
Mata Pelajaran
: ……………..
Kelas : ……………..
Tahun
Pelajaran : ……………..
No
|
Semester
|
SK
|
KD
|
Materi Pokok
|
Alokasi Waktu
|
Ket
|
1
|
I
|
|||||
2
|
II
|
|||||
Mengetahui ,
Kepala. Sekolah Guru Kelas
Kepala. Sekolah Guru Kelas
________________ ________________
NIP. NIP.
Secara sederhana
teknik pengisian format di atas dapat dilakukan dengan melihat kurikulum utuh
yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi yang di dalamnya terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tiap mata
pelajaran. Yang tidak kalah pentingnya adalah mencermati alokasi waktu tiap
mata pelajaran yang sudah diatur dalam Standar Isi khususnya dalam bab II
tentang struktur kurikulum. Dari alokasi waktu tersebut bisa dilihat bahwa
dalam satu tahun pelajaran jumlah minggu efektif berkisar 34-38 minggu.
ALOKASI WAKTU KALENDER PENDIDIKAN
No
|
kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Keterangan
|
1
|
Minggu efektif belajar
|
Min 34 mggu mak 38 mggu
|
Digunakan untuk
kegiatan pembelajaran efektif pada setiap satuan pendidikan
|
2
|
Jeda tengah semester
|
Mak 2 mggu
|
Satu minggu setiap
semester
|
3
|
Jeda antar semester
|
Mak 2 mggu
|
Antara semester I
dan II
|
4
|
Libur akhir th pelajaran
|
Mak 3 mggu
|
Digunakan untuk
penyiapan kegiatan dan administrasi akhir dan awal tahun pelajaran
|
5
|
Hari libur keagamaan
|
2 – 4 mggu
|
Daerah khusus yang
memerlukan libur keagamaan lebih panjang dapat mengaturnya sendiri tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
|
6
|
Hari libur umum/uas
|
Mak 2 mggu
|
Disesuaikan dengan
peraturan pemerintah
|
7
|
Hari libur khusus
|
Mak 1 mggu
|
Untuk satuan
pendidikan dengan ciri kekhususan masing masing
|
8
|
Kegiatan khusus sek./ madrasah
|
Mak 3 mggu
|
Digunakan untuk
kegiatan yang diprogramkan secara khusus oleh sekolah/madrasah tanpa
mengurangi jumlah minggu efektif belajar dan waktu pembelajaran efektif
|
PENGHITUNGAN MINGGU EFEKTIF SATU TAHUN
semester
|
Bulan
|
Jumlah minggu
|
Minggu efektif
|
Minggu
tdk efektif
|
keterangan
|
I
|
Juli
|
||||
Agustus
|
|||||
September
|
|||||
Oktober
|
|||||
November
|
|||||
Desember
|
|||||
Jumlah
|
|||||
II
|
Januari
|
||||
Februari
|
|||||
Meret
|
|||||
April
|
|||||
Mei
|
|||||
Juni
|
|||||
Jumlah
|
Jakarta,................................2013
Guru
mata pelajaran
(....................................................)
Setelah
mengetahui jumlah minggu efektif, langkah berikutnya adalah memetakan
kompetensi dasar. Ada berapa kompetensi dasar dalam satu semester kemudian kita
kaji kompetensi dasar mana yang memiliki substansi materi yang lebih berat. Hal
tersebut kita lakukan untuk menentukan alokasi waktu.
Yang memerlukan
pemikiran serius dalam penyusunan program tahunan adalah menentukan materi
pokok. Hal ini lantaran dalam KTSP tidak terdapat materi pokok (layaknya KBK).
Guru diberi kesempatan yang luas untuk mengapresiasi materi pokok dengan mengacu
pada kompetensi dasar. Seperti dikatakan Trimo (2001) bahwa guru bukan tukang
mengajar, guru juga bukan pawang. Tetapi, guru adalah ’koki’ dalam pembelajaran
sehingga mutlak untuk meramu dan mendesain pembelajaran bermakna.
Yang terjadi di
lapangan, proses penentuan materi pokok dilakukan menggunakan alur balik.
Seperti mencari materi pokok dalam buku atau melihat materi pokok di KBK, baru
menuliskannya dalam program tahunan. Langkah ini sebenarnya kurang efektif
manakala guru akan belajar menjadi ’koki’ dalam pembelajaran.
Diskusi dengan
teman sejawat dan pembahasan dalam kegiatan KKG akan membantu guru-guru dalam
merumuskan materi pokok sehingga program tahunan yang dirumuskan tiap sekolah
merupakan refleksi dari kebutuhan siswa. Selebihnya, program tahunan yang
didesain akan memberikan nuansa dan aura positif bagi pengembangan visi dan
misi sekolah.
Konsep Dasar Program Semester
Program semester
merupakan pemerian/penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut
tidak bisa disusun sebelum tersusun program tahunan. Program semester berisikan
garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam
semester tersebut. Pada umumnya program semester ini berisikan:
- Identitas (satuan pendidikan, mata pelajaran, kelas/semester, tahun pelajaran)
- Format isian (standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, jumlah jam pertemuan (JJP), dan bulan).
Seperti program
tahunan, program semester juga banyak alternatifnya. Berikut disajikan format program
semester yang disarikan dari berbagai model yang ada:
PROGRAM SEMESTER
Satuan
Pendidikan : ……………..
Mata Pelajaran
: ……………..
Kelas/Semester : ……………..
Tahun
Pelajaran : ……………..
No
|
Standar Kompetensi
|
Kompetensi Dasar
|
Materi Pokok
|
Indikator
|
JJP
|
Bulan (6bulan)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||||||
Mengetahui ,
Kepala. Sekolah Guru
Kelas
________________ ________________
NIP. NIP.
Secara sederhana
teknik pengisian program semester di atas juga sama seperti program tahunan. Beberapa
komponen yang sudah ada dalam program tahunan tinggal memindah saja (SK, KD, Materi
Pokok). Yang perlu pencermatan adalah perumusan indikator dan pemberian materi
ke dalam bulan selama satu semester.
Indikator dalam
program semester harus dirumuskan guru sesuai dengan karakteristik siswa. Indikator
ibarat tujuan instruksional khusus (TIK) dalam pembelajaran sehingga
perumusannya akan lebih efektif apabila menggunakan kata kerja operasional
(KKO), seperti menjelaskan, menyebutkan, menganalisis, mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan sejenisnya.
BAB III
Penutup
Menjadi guru
yang mampu berperan sebagai produsen bukan merupakan hal yang mudah lantaran
seluruh cipta, rasa, dan karsa perlu bersimbiosis mutualisme, membentuk sebuah
”rantai pembelajaran” yang kokoh. Tugas-tugas merencanakan administrasi
pembelajaran, di antaranya menyusun program tahunan dan program semester perlu
dilakukan dalam rangka mendesain bingkai pembelajaran efektif.
Paradigma “copy
paste“ administrasi pembelajaran dan menjadikan administrasi pembelajaran hanya
sebagai “pelengkap penderita“ secara evolusif perlu ditinggalkan. Berlatih,
belajar meramu, berdiskusi, menganalisis, dan menindakkritisi berbagai
informasi dalam dunia pendidikan merupakan langkah awal untuk membekali diri
menjadi guru yang memiliki kompetensi secara holistik, yakni kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Daftar Pustaka
Ulfah, Maria. Perencanaan Sistem Pendidikan. Hand
Out. 2013. UIJ
Trimo. 2001. Guru Hanya Tukang Mengajar. Tabloid
Inspirator. Semarang. Edisi Maret 2001. www.pendidikannetwork.com
Uno, Hamzah B. 2007. Perencanaan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
J. Drost, SJ. 2005. Dari KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi) sampai MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). Jakarta: Penerbit Buku
Kompas.
Tilaar, HAR. 2002. Perubahan Sosial dan Pendidikan,
Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Arikunto, Suharsimi dan Jabar, Cepi Safruddin Abdul.
2004. Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoretis Praktis Bagi Praktisi
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1988. Prinsip dan Landasan
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, Masnur. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan, Dasar Pemahaman dan Pengembangan, Pedoman Bagi Pengelola Lembaga
Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah,
dan Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar