Jumat, 15 Februari 2013


PENGEMBANGAN INSTRUMEN EVALUASI
( Motivasi Belajar Siswa SDN Cakung Barat 16 Pagi )


BAB I
Pendahuluan

         Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan seorang melakukan hobbynya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.


BAB II
Pembahasan
A.      Teori Motivasi

1.       Teori Motivasi Abraham Maslow (1943-1970)
Abraham Maslow (1943;1970) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
  
·      Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
·      Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
·      Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
·      Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
·      Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

2.       Teori Motivasi Herzberg (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik). 

3.       Teori Motivasi Douglas Mcgregor
Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer
a.       karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja
b.      karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
c.       Karyawan akan menghindari tanggung jawab.
d.      Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.

Kontras dengan pandangan negative ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y :
a.       karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.
b.      Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.
c.       Rata rata orang akan menerima tanggung jawab.
d.      Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

4.       Teori Motivasi Vroom (1964)
Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat ia inginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:
·         Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas
·         Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).
·         Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif.Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapanMotivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan

5.       Achievement Theoryteori Achievement Mc Clelland (1961),
yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu:
·         Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
·         Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
·         Need for Power (dorongan untuk mengatur)
6.       Clayton Alderfer Erg
Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Disini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerakk yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu kewaktu dan dari situasi ke situasi.  

Adapun mengenai masalah teori-teori Motivasi Belajar, menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, MP. dalam bukunya yang berjudul Psikologi Pendidikan Mengatakan bahwa teori-teori dalam memotivasikan siswa untuk belajar ada 5 teori, yaitu sebagai berikut :

  1. Teori Hedonisme
Hedonisme adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi.

Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan bahwa semua akan cendrung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Misalnya siswa disuatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Menurut teori hedonisme, para siswa ini harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

  1. Teori Naluri
Manusia telah mempunyai tiga nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri, yaitu :
Dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri.
Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri.
Dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis.
Dengan dimiliki ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.
Misalnya, (naluri mempertahankan diri) seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh dikelasnya. (naluri mengembangkan diri), agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak yang nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya. (naluri mengembangkan/mempertahankan jenis), seorang mahasiswa sangat tekun dan rajin belajar meskipun sebenarnya ia hidup didalam kemiskinan bersama keluarganya. Hal ini disebabkan karena dia ingin menjadi pandai dan ia ingin meningkatkan karier pekerjaannya sehingga dapat hidup senang bersama keluarganya dan dapat membiayai sekolah anak-anaknya.

  1. Teori Reaksi yang Dipelajari (teori lingkungan kebudayaan)
Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingka laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya, pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang akan di didiknya.
Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui  pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi masalah.

  1. Teori Daya Pendorong
Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari (teori lingkungan kebudayaan). Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum.
Menurut teori ini, bila seorang pendidik ingin memotivasi anak didiknya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapi sama.

  1. Teori Kebutuhan
Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seseorang pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.
Berikut kami tampilkan teori Abraham Maslow, dia adalah seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan itu adalah sebagai berikut :
Kebutuhan Fisiologis: kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar dari organisme manusia seperti kebutuhan akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dll.
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan acaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dll.
Kebutuhan Sosial (social needs) yang meliputi antara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama, dll.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dll.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri.


B.      Instrumen Motivasi Belajar
Dalam mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa, maka dibutuhkan  Instrumen motivasi belajar. Dalam pembuatan instrumen motivasi belajar ini memandang dua aspek motivasi, yakni aspek internal dan eksternal yaitu faktor pendorong dari dalam dan dari luar individu yang sedang belajar untuk berprestasi dalam belajar,dengan indikator sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar, (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Sebagai bahan pengumpulan data maka instrumen ini diwujudkan dalam bentuk angket yang diisi oleh siswa, dengan alternatif jawaban: ( SS ) = sangat setuju, ( S ) = setuju, ( KS ) = kurang setuju, ( TS ) = tidak setuju, ( STS ) = sangat tidak setuju. Perhitungan skor pada penyataan yang positif diberi skor 5,4,3,2,1, dan perhitungan skor pada penyataan yang negatif diberi skor 1,2,3,4,5.

KISI KISI INSTRUMEN
No
Aspek
Indikator
Butir Soal
Jumlah Butir
1
Motivasi Internal
1.       Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil
1, 4,
2
2.       Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
2, 3, 11, 12,
4
3.       Adanya harapan dan cita-cita masa depan
7
1
2
Motivasi eksternal
4.       Adanya penghargaan dalam belajar
6, 8, 13, 15,
4
5.       Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
4, 10,
2
6.       Adanya lingkungan belajar yang kondusif
5, 14,
2



INSTRUMEN MOTIVASI BELAJAR  SISWA

 A.  Informasi Pribadi :
     1. Nama              : …………………………………..
     2. Kelas                : …………………………………..
     3. Jenis Kelamin : …………………………………..
     4. Sekolah            :  ..................................
B.  Petunjuk
    1. Angket ini diedarkan untuk mendapat keterangan tentang motivasi belajar siswa

    2. Mohon diisi dengan sejujurnya.
    3. Berikan tanda checklist ( V ) pada jawaban yang menurut kalian sesuai.


C. Butir-Butir Pertanyaan


NO
Instrumen
SS
S
KS
TS
STS

1
Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapat nilai yang bagus






2
Saya mengerjakan sendiri tugas yang diberikan guru






3
Saya selalu mempelajari lagi materi yang telah diberikan guru sepulang sekolah






4
Mengerjakan soal soal latihan adalah kegiatan yang saya gemari






5
Apabila ada yang belum saya pahami, saya langsung bertanya pada guru






6
Penghargaan atas prestasi saya, mendorong saya belajar lebih giat






7
Saya belajar giat akan tercapai cita-cita yang saya inginkan






8
Saya selalu memperhatikan dengan seksama saat guru menjelaskan materi






9
Dalam hal belajar, saya berkompeti dan berusaha melebihi teman-teman






10
Adanya tanya jawab di kelas membuat saya lebih bersemangat mengikuti pelajaran






11
Saya terdorong untuk megerjakan soal-soal latihan sampai bisa






12
Saya mengerjakan latihan tanpa disuruh guru.






13
Jika nilai ujian saya bagus, membuat saya terpacu untuk mendapat nilai yang lebih bagus lagi






14
Bercanda atau mengobrol dengan teman saat guru menjelaskan mengganggu saya dalam memahami apa yang disampaikan guru






15
Guru yang mengajar saya memberi motivasi saya untuk giat belajar







Ket

SS
:  Sangat Setuju

S
:  Setuju

KS
:  Kurang Setuju

TS
:  Tidak Setuju

STS
:  Sangat Tidak Setuju




C. Analisis Data
Data yang diperoleh melalui penelitian , data penelitian berupa motivasi belajar siswa yang diperoleh dari hasil angket motivasi belajar siswa.
Untuk perhitungan rata-rata, validitas dan reliabilitas digunakan komputer dengan program “SPSS versi 17.0 ” . dengan cara memasukan semua variable pada jendela data editor, lalu untuk menguji data dilakukan prosedur seperti dibawah ini pada posisi data view ;
·           Analyse  > submenu Scale  >  reliability Analysis
·           Pindahkan semua butir pertanyaan yang akan dianalisis ke kolom items
·           Pada bagian Model  pilih Alpha
·           Pada bagian Statistics pilih Item, Scale, Scale IF Item deleted  >  Continue.
·           Klik  OK.

Dari hasil analisis data tersebut dapat dilihat nilai Cronbach’s Alpha, butir-butir pertanyaan sudah reliable jika  lebih besar dari nilai standarnya yaitu sebesar 0,8. Pada  kolom N of Items adalah jumlah butir pertanyaan .Sedangkan nilai rata-rata dapat dilihat pada kolom Mean, 
Untuk validitas, menggunakan angka-angka yang terletak pada kolom “ Corrected items Total Correlation”. nilai koefisien korelasi semua butir pertanyaan, harus lebih besar dari  0,240  dengan demikian dapat disimpulkan bahwa butir pertanyaan pada kuesioner tersebut sudah valid, namun jika ada yang nilainya dibawah 0,240  maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. Jika butir pertanyaan yang tidak  tersebut  dihilangkan maka nilai Cronbach’s Alpha menjadi naik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner yang digunakan untuk pengambilan data dalam penelitian tersebut sudah valid dan reliable.


BAB  III
Penutup
Kesimpulan
 Motivasi merupakan satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intinsik adalah manakala sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut, Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah manakala elemen elemen diluar pekerjaan yang melekat di pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi seperti status ataupun kompensasi.

Dalam mengukur sejauh mana motivasi belajar siswa, maka dibutuhkan  Instrumen motivasi belajar. Dalam pembuatan instrumen motivasi belajar ini memandang dua aspek motivasi, yakni aspek internal dan eksternal. Untuk perhitungan rata-rata, validitas dan reliabilitas dari data instrumen penelitian digunakan komputer dengan program “SPSS versi 17.0 ” .
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat. Dan kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan. Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar