Perumusan Tujuan Pembelajaran
A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Desain pembelajaran adalah suatu
prosedur yang terdiri dari langkah-langkah, dimana langkah-langkah tersebut di
dalamnya terdiri dari analisis, merancang, mengembangkan, menerapkan dan
menilai hasil belajar (Seels & Richey, AECT 1994). Hal tersebut juga dikemukakan
oleh Morisson, Ross & Kemp (2007) yang mendefinisikan desain pembelajaran
sebagai suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan pembelajaran yang
lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan pembelajaran lebih mudah,
yang didasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai teori-teori pembelajaran,
teknologi informasi, sistematika analisis, penelitian dalam bidang pendidikan,
dan metode-metode manajemen.
Menurut Harjanto (2008) desain
pembelajaran dirancang untuk menjawab tiga pertanyaan yaitu: (1) apa tujuan
pengajaran (2) apa/bagaimana kegiatan dan sumber belajar (3) bagaimana
evaluasinya. Artinya salah satu hal yang penting dalam proses perancangan atau
desain pembelajaran adalah melakukan perumusan tujuan pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, tujuan
merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan. Artinya,
tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga, dan
sebagai arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Komponen
ini memiliki fungsi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran. Kalau
diibaratkan, tujuan pembelajaran adalah jantungnya, dan suatu proses
pembelajaran terjadi manakala terdapat tujuan yang harus dicapai.
Setiap guru perlu memahami dan
terampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran, karena rumusan tujuan yang jelas
dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses
pembelajaran. Suatu proses pembelajaran dikatakan berhasil manakala siswa dapat
mencapai tujuan secara optimal. Keberhasilan
pencapaian tujuan merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan
melaksanakan proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga dapat digunakan
sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa dalam melaksanakan aktifitas
belajar. Berkaitan dengan hal tersebut, guru juga dapat merencanakan dan
mempersiapkan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk membantu siswa
belajar.
Tujuan pembelajaran membantu
dalam mendesain sistem pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat
membantu guru dalam menentukan materi pelajaran, metode atau strategi
pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan
merancang alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. Selain itu,
tujuan pembelajaran juga dapat digunakan sebagai control dalam menentukan
batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru
dapat mengontrol sampai mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai
dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan
dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
II. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas dibuat suatu rumusan masalah yaitu:
“Apakah Perumusan tujuan Instruksional
dalam desain pembelajaran?”.
III. Tujuan dan manfaat
Tujuan penulisan makalah ini
adalah untuk mengetahui Perumusan Tujuan Instruksional dalam desain
pembelajaran.
Manfaat penulisan makalah ini
adalah dapat membuat Perumusan tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran.
B. Pembahasan
Tujuan instruksional atau tujuan
pembelajaran menurut Hernawan (2005) terbagi atas beberapa tingkatan yaitu:
1.
Tujuan Pembelajaran yang
paling umum, yaitu tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional kita
menurut UU No 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional yaitu:
“Pendidikan Nasional bertujuan menceraskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan (pasal 4)”.
2.
Tujuan institusional,
berisi rumusan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh pebelajar setelah
mengikuti pendidikan pada suatu tingkat pendidikan tertentu. Misalnya tujuan
pendidikan dasar (SD dan SMP) yaitu: “Pendidikan dasar bertujuan memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya
sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota umat manusia
serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. (Bab II,
Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990).
3.
Tujuan Kurikuler adalah
rumusan dari setiap mata pelajaran /bidang studi/mata kuliah. Misalnya tujuan
kurikuler mata pelajaran IPA pada pendidikan dasar
Contoh:
“Pebelajar memiliki pengetahuan tentang lingkungan alam serta
keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitannya dengan
pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
4.
Tujuan pembelajaran umum.
5.
Tujuan pembelajaran khusus.
Menurut Harjanto (2008), perumusan tujuan
Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana
memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah
mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik
tertentu. Dengan demikian dapat dipertegas bahwa perumusan instruksional
berfungsi sebagai tercapainya hasil belajar berupa perubahan tingkah laku dan
kriteria untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas dalam
merumuskan tujuan instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar. Menurut
Bloom dkk dalam Hernawan (2005) jenis belajar atau taksonomi tujuan pendidikan
dapat dibedakan menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan
psikomotorik yang akan diuraikan sebagai berikut.
- Domain afektif yaitu yang berkenaan dengan kemampuan otak dan penalaran siswa,. Taksonomi ranah tujuan kognitif menurut Bloom memiliki 6 tingkatan yaitu: ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi
- domain afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tampak pada berbagai tingkah laku. Taksonomi ranah tujuan afektif menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: menerima, menanggapi, menghargai, mengatur diri dan menjadikan pola hidup.
- domain psikomotorik berkenaan dengan keterampilan atau keaktifan pisik. Taksonomi ranah tujuan psikomotorik menurut Bloom memiliki 5 tingkatan yaitu: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis dan gerakan yang kompleks.
Tujuan instruksional ini dapat
dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional
umum (TIU) adalah hasil belajar yang
diharapkan yang dinyatakan secara umum dan berpedoman pada perubahan tingkah
laku dalam kelas. Tujuan instruksional umum (TIU) merupakan serangkaian hasil
belajar yang bersifat khusus. sedangkan tujuan instruksional khusus (TIK)
adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam istilah perubahan tingkah laku
khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja yang dapat diamati dan diukur.
Kegunaan TIU dalam proses belajar
mengajar menurut Harjanto (2008) adalah:
1.
Memberikan kriteria yang
pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
2.
Memberikan kepastian
mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik.
3.
Memberikan dasar untuk
mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pengajaran.
4.
Menentukan petunjuk dalam
menentukan materi dan strategi instruksional.
5.
Petunjuk bagi peserta didik
tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam mengikuti suatu
pelajaran.
6.
Peserta didik akan
mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan instruksional
yang telah ditentukan.
Masih menurut Gronlund dalam
Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih
dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil belajar
yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan insrtruksional
umum (TIU) yaitu harus memperhatikan
hal-hal seperti berikut:
1.
Mencakup tujuan yang
diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses pengajaraan
dalam satu waktu tertentu.
2.
Tidak terlepas dari konteks
tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
3.
Selaras dengan
mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
4.
Cukup realistis dengan
keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan fasilitas yang ada.
5.
Mempunyai indikasi yang
kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik.
Adapun contoh tujuan
instruksional umum(TIU) menurut Hernawan (2005)
pada pokok bahasan Pesawat Sederhana, mata pelajaran IPA kelas V SD adalah: “Siswa memahami pengertian dan fungsi
pesawat sederhana seerta mampu menerapkannya dalam pekerjaan sehari-hari”.
Contoh tujuan instruksional umum (TIU) menurut Agung (2009) pada pokok bahasan
Fluida, mata pelajaran Fisika kelas XI SMA adalah: “Siswa akan dapat
menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”.
Tujuan instruksional yang kedua
adalah tujuan instruksional khusus (TIK). TIK merupakan penjabaran dari TIU.
Menurut Bryl Shoemakar dalam harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK)
adalah pernyataan yang menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang
belajar tentang apa yang diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman
belajar. Dengan demikian dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus
(TIK) adalah perumusan perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan
dimiliki peserta didik setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu
Menurut Suparman (2004),
merumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman
bagi seluruh proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan
TIK merupakan titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan
instruksional). (2) Alat untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang
akan diajarkan disesuaikan dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses
pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan dicapai peserta didik pada akhir proses
instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam
Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus
mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan
TIK.
1.
Audience = A Yaitu siswa yang
belajar untuk mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan
guru. Oleh sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK.
Contohnya: siswa kelas 1, siswa kelas 6
dan sebagainya.
2.
Behavior = B Yaitu kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri
atas kata kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan
materi yang dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata
kerja operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat,
merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan
oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
3.
Condition = C Yaitu keadaan yang
dipersyaratkan ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku
atau kemampuan yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini berarti
bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita harus
menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa dapat….”
(ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila siswa
melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan rumus ABC
berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
4.
Degree = D Yaitu tingkat ukuran
yag dicapai untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap
tingkah laku khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan
batas minimal dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima.
Contohnya: “siswa dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang
demokratis” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu
menjelaskan dua atau tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas an penting
transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila siswa hanya
mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut Suparman (2004) komponen
dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD
dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu
A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh
TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif
dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester
III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling
sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana
diberikan kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan
komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior dan 80%
benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan
TIK berdasarkan unsur-unsur/komponen
dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah sebagai berikut: (1) menggunakan kata
kerja oprasional (2) berorientasi kepada peserta didik (3) berbentuk tingkah
laku (4) hanya memuat satu perubahan tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut
Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam
kehidupan sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen
tersusun sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat
menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008)
lankah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah:
(1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang
diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan
instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan
kesesuaiannya.
Berikut disajikan contoh
merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil
belajar (Heriawan:2005).
Mata Pelajaran : Ilmu Sosial
Kelas/semester : IV/1
Kompetensi dasar :
Memahami cirri-ciri geografis Indonesia
Materi Pokok : kenampakan Alam Indonesia
Indikator pencapaian hasil
belajar :
1.
Menemukan pada peta letak
nama laut dan samudra yang mengelilingi Indonesia
2.
Mengidentifikasi
pulau-pulau besar dan kecil di Indonesia
3.
Menemukan pada peta letak
dan nama cagar alam, sungai, gunung, danau, selat, teluk dan tanjung di
Indonesia.
Kemudian indicator-indikator
dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan
program pembelajaran. Contoh TIK yang dapat dibuat berdasarkan tiga indicator
di atas, yaitu:
Siswa kelas VI dapat :
1.
Menyebutkan minimal 5 nama pulau di Indonesia
2.
Menyebutkan 2 samudra di
Indonesia
3.
Menujukkan pada peta letak
5 pulau besar
4.
Menunjukkan pada peta laut
yang mengelilingi Indonesia
5.
Menunjukkan pada peta
samudra yang mengelilingi Indonesia
6.
Meyebutkan minimal 3 nama sungai-sungai yang ada di
propinsi Aceh
7.
Meyebutkan nama
sgunung-gunung yang ada di propinsi Aceh
8.
Dan seterusnya.
Berikut disajikan juga contoh
merumuskan suatu tujuan pembelajaran berdasarkan indikator pencapaian hasil
belajar (Agung:2009).
Mata Pelajaran :
Fisika
Kelas/semester : XI/2
Kompetensi dasar :
Menganalisa hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statik dan dinamik serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
Materi Pokok : Fluida
Indikator pencapaian hasil
belajar :
1.
Memformulasikan hukum dasar
fluida static
2.
Menerapkan hukum dasar
fluida statik pada masalah fisika sehari-hari
3.
Memformulasikan hukum dasar
fluida dinamik
4.
Menerapkan hukum dasar
fluida dinamik pada masalah fisika sehari-hari
Kemudian indikator-indikator
dirinci kembali menjadi TIK-TIK yang dapat dijadikan patokan untuk melaksanakan
program pembelajaran.
Contoh TIK yang dapat dibuat
berdasarkan empat indicator di atas, yaitu: Jika diberikan hukum-hukum
yang berhubungan dengan fluida statik
dan dinamik serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari Siswa
kelas XI SMA akan dapat :
1.
menyebutkan minimal 2 hukum dasar Fluida statik
2.
menjelaskan hukum utama
hidrostatika dengan benar.
3.
menjelaskan tekanan
hidrostatika dengan benar
4.
menjelaskan hukum Pascal
dengan benar
5.
memberikan minimal 2 contoh
hukum Pascal dalam kehidupan sehari-hari
6.
menjelaskan hokum
Archemedes dengan benar
7.
memberikan minimal 2 contoh
hukum Archemedes dalam kehidupan sehari-hari
8.
menjelaskan masalah benda
mengapung, melayang dan tenggelam
9.
Dan seterusnya.
C. Kesimpulan
perumusan tujuan Instruksional
dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas dimana memuat
pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik setelah mengikuti
suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau subtopik tertentu.
Dalam merumuskan tujuan
instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar yang dapat dibedakan
menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan instruksional ini dapat
dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan
instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal
dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
Langkah-langkah dalam merumuskan
tujuan instruksional secara garis besar adalah: (1) merumuskan tujuan
instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang diharapkan (2) merinci
tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus (3)
memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya.
Daftar Pustaka
Agung, Annerlie Putri. 2009.
Perangkat pembelajaran Fisika Kelas XI. Baturaja: SMAN 4 OKU
Harjanto. 2008. Perencanaan
Pengajaran. Jakarta:Rineka Cipta
Hernawan, Asep Herrry. 2005.
Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka
Morrison, Ross & Kemp.
Designing Effective Instruction, 2007, Jonh Wiley & Sons,Inc. USA
Seels, B. B., & Richey, R.
C., Instructional Technology: the definition and domains of the field, 1994,
Association for Educational
Communications and Technology, Bloomington, IN.
Suparman, M Atwi. 2004. Desain
Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar